100.000 Demonstran di Israel Desak Netanyahu Akhiri Perang di Gaza

IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Lebih dari 100.000 warga Israel turun ke jalan pada Sabtu (22/3/2025) malam untuk berunjuk rasa di Tel Aviv, Yerusalem, dan puluhan kota lainnya.

Demonstrasi ini mencerminkan meningkatnya kemarahan publik terhadap keputusan pemerintah melanjutkan serangan ke Gaza serta rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mencopot sejumlah pejabat tinggi keamanan.

BACA JUGA:


Kondisi Kesehatannya Membaik, Paus Fransiskus Serukan Perdamaian di Gaza


Menurut Times of Israel (24/3/2025), jumlah demonstran kali ini jauh lebih besar dibandingkan aksi-aksi protes sebelumnya.

Lonjakan Demonstran di Tel Aviv

Di Lapangan Habima, Tel Aviv, puluhan ribu orang memenuhi alun-alun dan meluber ke jalan-jalan sekitar, mengikuti aksi protes antipemerintah mingguan. Jumlah peserta kali ini jauh lebih besar dibandingkan pekan sebelumnya, ketika sebagian besar alun-alun masih kosong.

Lonjakan massa ini dipicu oleh laporan bahwa Netanyahu berupaya memecat Kepala Shin Bet Ronen Bar dan Jaksa Agung Gali Baharav-Miara. Langkah tersebut dianggap sebagai upaya untuk memperketat kendali atas institusi-institusi utama negara.

Setelah aksi di Habima Square, demonstrasi kedua berlangsung di Hostages Square, di mana ribuan orang berkumpul menanggapi seruan dari Hostages and Missing Families Forum.

Mereka menggelar “unjuk rasa kemarahan” setelah gencatan senjata dua bulan yang rapuh di Gaza runtuh. Israel kembali melancarkan serangan udara besar-besaran, diikuti dengan operasi darat baru di wilayah tersebut.

Aksi protes ini juga menjadi panggung bagi pemimpin oposisi. Alun-alun Habima dipenuhi lautan bendera Israel, spanduk, serta bendera partai oposisi kiri-tengah Yesh Atid dan Demokrat. Ketua masing-masing partai, Yair Lapid dan Yair Golan, turut berpidato di hadapan massa yang memenuhi alun-alun.

Demonstrasi ini menandai eskalasi ketidakpuasan rakyat terhadap kebijakan Netanyahu, baik dalam menangani perang di Gaza maupun dalam mengendalikan lembaga-lembaga negara. Dengan semakin besarnya tekanan dari publik dan oposisi, situasi politik Israel diperkirakan akan semakin memanas dalam beberapa minggu ke depan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *