Buntut Pencemaran Lingkungan PT Huadi Nickel-Alloy di Bantaeng, Mahasiswa Unhas: Perlahan dan Sistematis Membunuh Kehidupan Warga

Buntut Pencemaran Lingkungan PT Huadi Nickel-Alloy di Bantaeng, Mahasiswa Unhas: Perlahan dan Sistematis Membunuh Kehidupan Warga

IKOLOM.NEWS, BANTAENG – Derit mesin dan debu pekat yang mengambang di udara menjadi saksi bisu dampak lingkungan yang dialami masyarakat sekitar PT Huadi Nickel-Alloy yang berdiri megah di Kabupaten Bantaeng.

Seorang mahasiswa Universitas Hasanuddin, Irfandi memberikan potret kelam kerusakan ekosistem akibat aktivitas perusahaan nikel tersebut.

Dengan lugas, pemuda yang juga lahir dan besar di Bantaeng itu membuka ceritanya tentang kondisi lingkungan yang kian memprihatinkan.

“Perusahaan ini bukan sekadar operasi industri, melainkan perlahan membunuh secara sistematis terhadap lingkungan hidup kami,” ujarnya saat ditemui Ikolom.News, Selasa (17/12/2024).

Dari survey yang telah dilakukannya, kerusakan yang terjadi sudah pada tahap yang mengkhawatirkan. Irfandi mengungkap persoalan yang dialami masyarakat, termasuk krisis air akibat eksploitasi sumur bor PT HUADI NICKEL.

“Ratusan meter kedalaman sumur yang dikuras perusahaan telah mengakibatkan puluhan sumur milik warga mengalami kekeringan total. Begitu banyak warga di Desa Papan Loe dan sekitarnya kehilangan akses air bersih, sumur-sumur tradisional yang secara turun-temurun menjadi sumber kehidupan kini tinggal kenangan.

Ia menerangkan bahwa air tersebut merupakan bagian terpenting bagi keberlangsungan hidup bagi masyarakat. Namun PT Huadi Nickel-Alloy seakan tidak peduli dengan penderitaan yang dialami warga setempat.

“Air adalah sumber kehidupan, tapi perusahaan ini seolah tidak peduli dengan penderitaan warga,” tegasnya.

Dampak terparah yang dirasakan masyarakat adalah polusi abu pabrik yang menutupi hampir seluruh permukiman. Debu tebal berwarna keabu-abuan yang dihasilkan dari proses pengolahan nikel secara masif telah mengubah kehidupan warga menjadi sebuah nestapa lingkungan.

“Setiap pagi, warga terbangun dengan tubuh dipenuhi debu pabrik. Anak-anak mengalami gangguan pernapasan, lansia kesulitan bernafas, dan ibu-ibu harus bolak-balik membersihkan rumah,” ungkap Irfandi dari kesaksian langsungnya melihat penderitaan masyarakat.

Polusi abu yang dihasilkan tidak hanya berdampak pada kesehatan, namun juga merusak lahan pertanian.

“Tanaman milik warga yang semula subur kini tampak layu dan rusak akibat debu tebal menutupi permukaan daun. Mata pencaharian warga pun terancam,” tambahnya.

Kritikan tajamnya tidak berhenti pada dampak lingkungan. Irfandi juga mempertanyakan komitmen pemerintah daerah dalam pengawasan dan penegakan hukum lingkungan.

“Sampai kapan kita membiarkan kepentingan modal mengalahkan kelestarian alam?” tantangnya.

Pihak PT HUADI NICKEL yang dihubungi melalui saluran resminya, hingga berita ini diturunkan belum memberikan tanggapan.

Sementara itu, Irfandi dan rekan-rekan lainya telah mempersiapkan dokumen lengkap untuk mengadvokasi persoalan ini ke tingkat yang lebih tinggi.

“Ini bukan sekadar perlawanan, tapi upaya mempertahankan hak hidup kami akan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *