IKOLOM.NEWS, MAKASSAR – Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) menggelar Silahturahmi Kerja Wilayah (Silakwil) pada Minggu (09/2/2025) di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar.
Sebagai Ketua ICMI Orwil Sulsel, Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd. menyampaikan dalam sambutannya bahwa ICMI Sulsel telah memebangun inovasi di wilayah SulselĀ yang identik dengan kecendekiaan.
“Kita telah saksikan tadi penandatangan sekolah vokasi sebagai bentuk komitmen kita kalau ICMI Sulsel akan selalu membangun inovasi dan di Silakwil ini adalah tempat untuk mengevaluasi program-program yang telah diskemakan,” ucap Prof. Arismunandar yang juga mantan Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM), dalam sambutannya.
Kemudian dalam sambutan Rektor Unhas yang juga Ketua Dewan Pakar ICMI Sulsel, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc. menyebutkan kalau ICMI adalah merupakan tempat untuk membangun kesatuan setelah proses demokrasi pada tahun 2024 (Pilkada) banyak memberikan efek perpecahan.
“Setelah proses Pilkada kemarin yang banyak mengakibatkan orang terpecah-belah, ICMI adalah tempat bersatu. Mestinya kita harus melepaskan bayang-bayang Pilkada kemarin,” ujar Prof Jamaluddin Jompa.
Selain itu, ia juga menyebutkan kalau kampus Unhas merupakan salah satu rumah bagi ICMI untuk melakukan kegiatan yang menopang kecendekiaan.
“Jangan sungkan kalau di Unhas, karena ini juga merupakan rumah bagi ICMI,” tambahnya.
Selain agenda Silakwil, ICMI juga menggelar ‘Kuliah Kebangsaan’ yang disampaikan langsung oleh Ketua Umum ICMI yang juga Rektor Institute Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Arif Satria, S.P.,M.Si.
Saat menyampaikan kuliah kebangsaan, Prof Arif menjelaskan bahwa pendidikan di Indonesia harus melangkah menjadi leaderĀ bagi pendidikan dari negara lain. Ia menyebut kebiasaan untuk menjadi follower dalam ranah pendidikan merupakan indikasi yang menurunkan kualitas pendidikan Indonesia.
“Berkaitan dengan melihat masa depan, kata kuncinya adalah percaya diri. Karena kepercayaan diri akan menjadikan kita leader bukan lagi follower. Sekarang IPB nomor 45 di dunia, karena kita selalu berusaha melampaui dengan percaya diri,” kata Prof Arif.
Pendidikan di Indonesia, kata Prof Arif, mestinya harus melampaui pendidikan negara lain dengan cara studi dan diskusi bersama rektor-rektor yang berada di negara lain yang bertujuan untuk melambung unggul.
“Saya diskusi bersama rektor-rektor yang berada di negara Jepang, China dan wilayah Eropa untuk melampaui mereka, bukan meniru. Boleh meniru, tapi untuk mengungguli kualitas pendidikan mereka,” jelas Prof Arif.
Ia juga memaparkan program yang ada di ICMI terkait deposito wakaf. Kata Prof Arif, deposito wakaf ini ditujukan untuk memberikan beasiswa bagi pemuda-pemudi di Indonesia agar semuanya dapat mengakses pendidikan.
“Jadi program deposito wakaf di ICMI itu untuk memberikan akses pendidikan bagi masyarakat yang terkendala dari ekonomi, karena biasanya ada yang pintar tapi tidak mampu pada pembiayaan, inilah salah satu peran ICMI,” imbuhnya.
Setelah sesi kuliah kebangsaan, ICMI Sulsel melanjutkan ke sesi pemberian penghargaan kepada tokoh yang berpengaruh di ICMI Sulsel. Penghargaan itu diberikan kepada Prof. Basri Hasanuddin, Alm. Prof Natsir Nessar (diwakili ahli warisnya) dan Prof Ambo Ala.
Kemudian dilanjutkan di kegiatan inti, yaitu Silakwil ICMI Orwil Sulsel yang diisi dengan laporan-laporan Organisasi Daerah (Orda) di wilayah Sulsel.
Terakhir, beberapa guru besar di Sulsel turut hadir dalam acara ini, seperti Sekretaris ICMI Orwil Sulsel yang juga Wakil , Prof. Dr. Farida P, S.H., M.Hum. dan guru besar UMI yang baru saja dikukuhkan, Prof. Dr. Ir. Andi Tamsil, MS., IPM.