IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Konflik antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung sengit, meskipun ada upaya diplomasi yang dipimpin oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Perang yang pecah sejak 24 Februari 2024 ini semakin memanas dengan serangan udara dan ketegangan geopolitik di Eropa.
Berikut beberapa perkembangan terbaru dalam 24 jam terakhir, seperti dilaporkan oleh sumber CNBC Indonesia pada Jumat (21/3/2025):
BACA JUGA: Parkir Liar Marak Saat Ramadan, Wali Kota Makassar Akan Evaluasi Sistem Perparkiran
1. Ukraina Bombardir Depot Minyak Rusia
Sebuah ledakan besar mengguncang depot minyak Rusia di distrik Kavkazskiy, Krasnodar. Serangan pesawat nirawak Ukraina menyebabkan tangki bahan bakar terbakar selama dua hari berturut-turut.
Menurut laporan media independen Rusia, Astra, depot ini menyimpan sekitar 100.000 ton bahan bakar. Insiden ini terjadi di tengah negosiasi antara AS, Rusia, dan Ukraina mengenai gencatan senjata yang menyasar infrastruktur energi.
2. Serangan Drone Ukraina Hantam Pangkalan Militer Rusia
Pangkalan udara Engels-2 di wilayah Saratov, yang menjadi basis pembom strategis Rusia Tu-95 dan Tu-160, mengalami serangan drone yang memicu ledakan dahsyat dan kebakaran besar. Moskow pun menetapkan keadaan darurat di wilayah tersebut.
Pihak Ukraina mengklaim serangan ini sebagai bagian dari strategi untuk melemahkan kemampuan militer Rusia. “Pangkalan ini digunakan untuk melancarkan serangan rudal ke wilayah Ukraina,” demikian pernyataan Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina.
3. Negara-Negara NATO Eropa Bersiap Menggantikan Peran AS
Ketegangan meningkat di internal NATO setelah beberapa negara Eropa, seperti Inggris, Prancis, dan Jerman, mulai menyusun rencana untuk mengurangi ketergantungan pada AS dalam hal pertahanan.
Menurut laporan Financial Times, rencana ini bertujuan untuk mengalihkan beban militer dan finansial dari Washington dalam 5-10 tahun ke depan. Kekhawatiran muncul bahwa di bawah kepemimpinan Trump, AS bisa saja menarik diri dari NATO atau mengurangi keterlibatannya secara signifikan.
4. Uni Eropa Terpecah, Hungaria Tolak Bantuan untuk Ukraina
Di tengah upaya Uni Eropa (UE) meningkatkan bantuan militer ke Ukraina, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban menolak untuk menandatangani deklarasi bersama yang mendukung langkah tersebut.
Sikap Orban yang menentang posisi “pro-perang” UE menyebabkan dokumen deklarasi hanya diterbitkan dalam bentuk lampiran tanpa dukungan resmi dari seluruh 27 anggota UE. “Kami tidak akan mendukung kebijakan yang menyeret Hongaria ke dalam konflik,” ujar Orban setelah pertemuan di Brussels.
Dengan situasi yang terus berkembang, prospek perdamaian antara Rusia dan Ukraina masih jauh dari kepastian. Upaya diplomatik terus dilakukan, tetapi pertempuran di medan perang dan ketegangan geopolitik tetap mendominasi konflik ini.