Trump Ancam Iran dengan Bom dan Tarif Sekunder

IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan ancaman terhadap Iran terkait program nuklirnya, dengan opsi pengeboman dan pemberlakuan tarif sekunder jika kesepakatan tidak tercapai.

Pernyataan ini disampaikan Trump dalam wawancara dengan NBC News pada Minggu (30/3/2025).

BACA JUGA:


Mentan Sidak Gudang Bulog di Bone, Target Stok Gabah 700 Ribu Ton


“Jika mereka tidak membuat kesepakatan, akan ada pengeboman. Pengeboman yang belum pernah mereka lihat sebelumnya,” ujar Trump dalam wawancara via telepon, seperti dilansir CNA.

Trump juga menyebut kemungkinan menerapkan tarif sekunder terhadap Iran, serupa dengan kebijakan yang ia terapkan empat tahun lalu.

 

Iran Tolak Negosiasi Langsung

Ketegangan ini meningkat setelah Iran menolak negosiasi langsung dengan AS pekan lalu.

Menteri Luar Negeri Iran mengungkapkan bahwa negaranya telah membalas surat Trump melalui Oman, yang berisi tawaran kesepakatan nuklir baru. Namun, Iran tetap menolak berunding langsung selama tekanan dan ancaman militer dari AS masih berlanjut.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada Minggu kembali menegaskan sikap negaranya.

“Negosiasi langsung dengan AS telah ditolak, namun Iran selalu terlibat dalam negosiasi tidak langsung, dan saat ini pemimpin tertinggi menekankan bahwa negosiasi tidak langsung masih bisa dilanjutkan,” katanya, merujuk pada Ayatullah Ali Khamenei.

 

Tarif Sekunder dan Sanksi Tambahan

Dalam wawancara tersebut, Trump juga mengancam akan memberlakukan tarif sekunder terhadap Rusia dan Iran. Pekan lalu, ia menandatangani perintah eksekutif yang mengizinkan tarif semacam itu terhadap pembeli minyak Venezuela. Namun, Trump tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai tarif yang akan diterapkan terhadap Iran dan Rusia.

Pada masa jabatan pertamanya (2017–2021), Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015 yang membatasi aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi. Ia kemudian menerapkan kembali sanksi luas terhadap Iran, yang mendorong negara itu untuk meningkatkan kapasitas pengayaan uraniumnya di luar batas perjanjian.

Dalam perjanjian 2015, Iran setuju untuk membatasi tingkat pengayaan uranium hingga maksimal 3,67 persen untuk tujuan sipil dan menyimpan tidak lebih dari 300 kg uranium. Namun, sejak AS keluar dari perjanjian tersebut, Iran telah melampaui batas-batas ini.

 

Tuduhan Barat vs. Sikap Iran

Negara-negara Barat menuduh Iran diam-diam mengembangkan kemampuan senjata nuklir dengan meningkatkan kemurnian uranium fisil melebihi kebutuhan energi sipil.

Namun, Iran menegaskan bahwa program nuklirnya bertujuan murni untuk keperluan energi, bukan untuk pengembangan senjata.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *