Percikan Perang Iran – AS Dimulai

IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Iran telah mengajukan keluhan resmi kepada Dewan Keamanan PBB terkait pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengancam akan menyerang negara itu. Iran menyebut pernyataan tersebut sebagai tindakan “sembrono dan bermusuhan” serta melanggar hukum internasional dan Piagam PBB.

BACA JUGA:


Kenaikan Tarif oleh Trump Ancam Industri Otomotif Jepang


Trump, dalam pernyataannya pada hari Ahad, mengancam akan melakukan pemboman besar-besaran terhadap Iran serta menerapkan tarif jika negara itu tidak menyetujui kesepakatan dengan Washington terkait program nuklirnya.

Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeed Iravani, menegaskan bahwa Teheran “sangat mewanti-wanti segala petualangan militer” dan berjanji akan merespons dengan cepat serta tegas terhadap setiap bentuk agresi yang dilakukan oleh Amerika Serikat atau sekutunya, termasuk Israel, terhadap kepentingan nasional dan integritas wilayah Iran.

Iravani juga menyoroti bahwa Washington terus menggunakan kekuatan militer sebagai alat utama untuk mencapai tujuan politiknya. Ia menegaskan bahwa ancaman Trump merupakan pelanggaran terhadap norma dan prinsip internasional yang dapat menjadi preseden berbahaya dalam hubungan global.

Iran meminta Dewan Keamanan untuk mengutuk ancaman Trump sebagai pelanggaran hukum internasional. Iravani memperingatkan bahwa kelambanan Dewan Keamanan dapat membawa “konsekuensi mengerikan” bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan serta dunia.

Ia menekankan bahwa Amerika Serikat akan memikul tanggung jawab penuh atas akibat dari tindakan permusuhannya.

Penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Larijani, turut memperingatkan bahwa jika Iran diserang oleh AS atau sekutunya, negara tersebut tidak memiliki pilihan selain mempertimbangkan pengembangan senjata nuklir sebagai bentuk pertahanan diri. Larijani menyebut bahwa Iran pada dasarnya tidak berkeinginan untuk memiliki senjata nuklir, tetapi tekanan yang terus meningkat dapat mendorong negara itu ke arah tersebut.

Pernyataan Larijani muncul setelah ancaman Trump mengenai pemboman Iran jika tidak setuju untuk bernegosiasi dengan Washington.

Trump, dalam wawancara dengan NBC News, menegaskan bahwa jika Iran menolak perjanjian, maka mereka akan menghadapi “pemboman yang belum pernah terjadi sebelumnya.”

Meskipun Trump mengeluarkan ancaman keras, belum jelas apakah yang dimaksud adalah serangan langsung oleh Amerika Serikat atau melalui operasi yang melibatkan negara lain, seperti Israel.

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam tanggapannya, memperingatkan bahwa setiap agresi eksternal akan dibalas dengan tindakan tegas. “Jika mereka melakukan kejahatan, mereka akan menerima serangan balik yang kuat,” ujar Khamenei dalam pidatonya.

Sebagai respons terhadap ancaman Trump, Iran telah mengirim surat resmi ke Dewan Keamanan PBB melalui Duta Besarnya, Amir Saeed Iravani.

Surat tersebut mengutuk pernyataan Trump sebagai “provokasi penghasutan” dan menegaskan bahwa Iran akan “merespons dengan cepat dan tegas terhadap setiap agresi dari Amerika Serikat atau sekutunya.”

Kementerian Luar Negeri Iran juga memanggil kuasa usaha Kedutaan Besar Swiss, yang mewakili kepentingan AS di Iran, untuk menyampaikan protes resmi terkait ancaman tersebut.

Sementara itu, Komandan senior Korps Garda Revolusi Islam Iran, Jenderal Amirali Hajizadeh, memperingatkan bahwa Amerika memiliki 10 pangkalan militer di sekitar Iran dengan lebih dari 50.000 tentara, yang membuat mereka rentan terhadap serangan balasan.

“Seseorang yang berada di rumah kaca tidak boleh melempar batu,” ujar Hajizadeh dalam wawancara di televisi pemerintah.

Sejak menjabat pada bulan Januari, Trump telah kembali menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran. Kebijakan ini mencakup penarikan AS dari perjanjian nuklir dan penerapan kembali sanksi keras terhadap Teheran, yang semakin meningkatkan ketegangan antara kedua negara.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *