IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Dunia Katolik tengah berduka setelah Paus Fransiskus wafat pada Senin, 21 April 2025 dalam usia 88 tahun. Melangsir Newsweek, sebagai paus pertama dari Amerika Latin, Paus Fransiskus meninggalkan warisan besar berupa fokus pada keadilan sosial, perlindungan lingkungan, dan pembukaan Gereja terhadap inklusivitas.
Kepergiannya menandai dimulainya masa transisi penting bagi Gereja Katolik. Dewan Kardinal saat ini tengah bersiap untuk menggelar konklaf di Vatikan guna memilih pemimpin baru bagi 1,37 miliar umat Katolik di seluruh dunia. Pemilihan ini bukan hanya soal suksesi, tetapi juga arah masa depan Gereja—apakah akan melanjutkan reformasi Paus Fransiskus atau kembali ke nilai-nilai teologis yang lebih konservatif.
BACA JUGA:
Universitas Harvard Gugat Trump Soal Dana Hibah
Warisan dan Pengaruh Paus Fransiskus
Selama masa kepausannya, Paus Fransiskus menunjuk lebih dari 100 kardinal yang kini memiliki hak pilih dalam konklaf. Langkah tersebut, menurut para analis, bisa memberikan dampak signifikan dalam mengarahkan pemilihan ke jalur reformis.
Ia juga memperluas keterwakilan non-Eropa dalam struktur kepemimpinan Gereja, mendesentralisasi otoritas Vatikan, dan mendesak peran Gereja dalam isu-isu global seperti perubahan iklim dan ketimpangan sosial.
Namun, pendekatannya yang terkadang sepihak dalam pengambilan keputusan membuat hubungan antar kardinal tidak selalu erat, seperti dikemukakan oleh pakar teologi dari Universitas Notre Dame, Ulrich Lehner.
Siapa Papabile? Ini Kandidat Terkuat Pengganti Paus Fransiskus
Beberapa nama telah mencuat sebagai “papabile”, atau kandidat potensial paus baru. Mereka datang dari berbagai belahan dunia dan mencerminkan keberagaman arah Gereja Katolik saat ini:
Kardinal Luis Antonio Tagle (Filipina)
Dikenal sebagai sosok progresif dan dekat dengan Paus Fransiskus. Mantan Uskup Agung Manila ini memiliki rekam jejak kuat dalam evangelisasi dan dianggap mewakili wajah Asia yang terus berkembang dalam dunia Katolik.
Kardinal Peter Turkson (Ghana)
Tokoh penting dalam advokasi keadilan sosial dan perubahan iklim. Jika terpilih, ia bisa menjadi paus Afrika pertama dalam sejarah modern.
Kardinal Pietro Parolin (Italia)
Sebagai Sekretaris Negara Vatikan, ia adalah figur diplomatik terkemuka dengan pendekatan moderat. Cocok bagi mereka yang mendukung kesinambungan, namun menginginkan stabilitas.
Kardinal Peter Erdö (Hongaria)
Perwakilan konservatif dari Eropa Timur yang menonjol dalam hukum kanon dan doktrin tradisional. Dipandang sebagai simbol kembalinya Gereja ke nilai-nilai ortodoks.
Kardinal Angelo Scola (Italia)
Mantan Uskup Agung Milan dan kandidat kuat dalam konklaf 2013. Namun usianya yang kini 82 tahun bisa menjadi faktor penghalang.
Momen Penentu di Kapel Sistina
Konklaf yang akan digelar di Kapel Sistina akan menjadi titik balik penting. Pilihan para kardinal akan menjawab pertanyaan besar: apakah Gereja akan melanjutkan jejak progresif Paus Fransiskus atau memilih arah baru yang lebih konservatif?
Jawaban itu akan terlihat saat asap putih mengepul—tanda telah terpilihnya pemimpin baru Gereja Katolik.