Parlemen Iran Sahkan Kemitraan Strategis 20 Tahun dengan Rusia

IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL — Parlemen Iran resmi meratifikasi perjanjian kemitraan strategis selama 20 tahun dengan Rusia, menandai penguatan aliansi antara dua negara yang sama-sama tengah menghadapi tekanan dan sanksi berat dari Barat. Perjanjian ini mencakup kerja sama luas di bidang militer, ekonomi, hingga sektor energi nuklir.

Dilansir Newsweek, kesepakatan ini pertama kali ditandatangani oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada Januari lalu. Perjanjian tersebut kemudian disetujui oleh legislatif Rusia pada April, sebelum akhirnya diratifikasi oleh parlemen Iran pekan ini.

BACA JUGA:


DPD Demokrat Sulsel Ajukan Tiga Nama Calon Pengganti ARA untuk Pimpin Demokrat Makassar


Pakta tersebut mencakup latihan militer bersama, pertukaran teknologi pertahanan, serta koordinasi menghadapi “ancaman bersama.” Namun, sumber diplomatik menyebutkan bahwa Moskow tetap berhati-hati dalam keterlibatannya terhadap potensi konflik regional yang melibatkan Iran.

“Dokumen terobosan ini bertujuan menciptakan kondisi bagi pembangunan yang stabil dan berkelanjutan, tidak hanya untuk Rusia dan Iran, tetapi juga seluruh kawasan Eurasia,” ujar Presiden Putin.

Presiden Pezeshkian menambahkan bahwa perjanjian ini menjadi tonggak baru dalam hubungan bilateral.

“Ini menandai babak baru yang penting bagi negara kita,” katanya.

Kemitraan ini juga memperkuat kerja sama ekonomi dengan upaya menjauh dari sistem keuangan Barat. Lebih dari 95% perdagangan bilateral kini dilakukan menggunakan mata uang nasional masing-masing—rubel dan rial—serta mengintegrasikan sistem pembayaran domestik.

Selain itu, perjanjian perdagangan bebas antara Iran dan Uni Ekonomi Eurasia yang dipimpin Rusia juga telah diberlakukan sejak pekan lalu, memfasilitasi peningkatan volume perdagangan dan pengurangan tarif. Rusia bahkan berkomitmen membantu Iran mengembangkan sektor energi nuklirnya, termasuk pembangunan unit tenaga nuklir tambahan.

Iran sendiri sebelumnya telah memasok drone Shahed ke Rusia, yang digunakan dalam konflik di Ukraina. Kedua negara kini juga bekerja sama memproduksi drone di dalam negeri sebagai upaya mengatasi sanksi Barat dan kendala rantai pasok.

Meski demikian, Iran membantah tudingan negara Barat yang menyebut Teheran telah memasok rudal balistik ke Moskow.

Langkah strategis ini dilakukan di tengah kebuntuan negosiasi nuklir antara Iran dan Amerika Serikat. Iran bersikeras tidak akan menghentikan pengayaan uranium atau membongkar program rudalnya, sementara AS menuntut konsesi lebih besar dari Teheran.

Pertemuan terbaru Iran-AS pada 11 Mei lalu disebut “sulit tetapi berguna” oleh Iran, dan “memberi harapan” oleh pejabat AS. Menurut diplomat senior Abbas Araghchi, Oman akan segera mengumumkan waktu dan lokasi pertemuan kelima antara kedua negara.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *