Koperasi Merah Putih Dinilai Bisa Gerakkan Ekonomi Desa, Dikhawatirkan Picu Monopoli Pasar

IKOLOM.NEWS, NASIONAL – Pemerintah tengah mendorong pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdeskel) Merah Putih sebagai strategi memperkuat ekonomi desa dan memangkas rantai distribusi.

Meski dinilai memiliki potensi besar, kehadiran koperasi ini juga menuai kekhawatiran akan munculnya praktik monopoli pasar di tingkat desa.

Namun, Ketua Satuan Tugas Percepatan Pembentukan Kopdeskel Merah Putih, Zulkifli Hasan, menepis anggapan tersebut. Ia menyatakan, keberadaan Kopdeskel tidak akan menghapus peran warung atau pedagang kecil di desa.

“Nggak ada (monopoli), warung di mana-mana ada. Mana ada monopoli,” ujar Zulhas dalam program detikSore, Kamis (29/5/2025).

BACA JUGA:


PSG Hajar Inter Milan 5-0, Juara Liga Champions 2024/2025!


Zulhas menjelaskan bahwa Kopdeskel akan menjadi badan usaha milik desa yang menjual sembako dengan harga lebih murah karena memangkas rantai distribusi yang panjang. Pemerintah pun telah merancang struktur koperasi ini dengan tujuh unit usaha utama, yaitu:

1. Kantor Koperasi

2. Kios Pengadaan Sembako

3. Unit Simpan Pinjam

4. Klinik Kesehatan

5. Apotek

6. Sistem Pergudangan/Cold Storage

7. Sarana Logistik

 

Dengan struktur tersebut, Kopdeskel Merah Putih diproyeksikan menjadi agen resmi penyalur LPG 3 kg, pupuk subsidi, hingga bantuan sosial. “Kalau ada hasil pertanian, bisa langsung disalurkan lewat koperasi. Kalau dari kota mau ke desa, juga bisa lewat koperasi,” tambah Zulhas.

Presiden Prabowo Subianto, menurut Zulhas, telah menginstruksikan agar program ini benar-benar berdampak bagi masyarakat desa. Salah satu instruksi utama adalah memastikan akses kesehatan, logistik, dan keuangan bisa dijangkau tanpa perlu ke kota.

Zulhas juga menekankan bahwa keberadaan unit simpan pinjam dengan bunga rendah akan menjadi alternatif dari praktik rentenir, tengkulak, hingga pinjaman online ilegal yang kerap menjerat warga desa.

“Tidak boleh ada rentenir, pinjol ilegal, dan tengkulak. Kita pangkas. Lewat Kopdeskel, nanti akan ada kerja sama dengan BRILink, BSI, atau BNI. Sehingga akses keuangan lebih dekat,” tegasnya.

Tak hanya menjadi pusat ekonomi desa, Kopdeskel juga akan berperan sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan. Ketika harga komoditas melejit, pemerintah bisa langsung melakukan operasi pasar melalui jaringan Kopdeskel.

Zulhas memastikan bahwa seluruh program ini didesain untuk menciptakan desa yang mandiri secara ekonomi dan sosial tanpa mematikan pelaku usaha lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *