Ojol Tewas Dilindas Mobil Rantis, Polisi Dikecam: Rakyat Tak Lagi Diam, Kemarahan Publik Meluas

Ikolom.Jakarta – Aksi damai ribuan driver ojek online (ojol) di Senayan, Jakarta Pusat, Kamis Malam (28/8), berakhir tragis. Seorang pengemudi ojol meninggal dunia dan satu lainnya luka parah setelah ditabrak kendaraan Rantis milik Korps Brimob kepolisian.

Aksi tersebut awalnya berjalan tertib. Para driver menuntut kejelasan status kemitraan, perlindungan hukum, serta pembagian tarif yang lebih adil dari pihak aplikator. Namun suasana berubah mencekam ketika aparat mulai membubarkan massa dengan cara represif.

Dalam kekacauan, sebuah mobil polisi rantis yang bertuliskan Brimob menerobos kerumunan dan melindas pengemudi ojek online yang tengah berusaha lari dari kerumunan. Satu korban tewas di tempat dengan kondisi mengenaskan, sementara rekannya harus dilarikan ke rumah sakit.

Massa pun marah dan geram atas kejadian yang menimpa, bahkan memukuli mobil milik korps brimob tersebut, massa sebagian bahkan mengejar mobil itu.

Pantaun berbagai paltform media, Insiden ini cepat menyebar melalui media sosial. Video dan foto warga memperlihatkan detik-detik saat mobil taktis melaju kencang ke arah demonstran. Tagar #KeadilanUntukOjol dan #AdiliPolri #IndonesiaKritis langsung menjadi trending, dibanjiri ribuan komentar bernada marah, kecewa, dan tidak percaya.

Publik mempertanyakan bagaimana mungkin kendaraan sebesar Rantis yang berlapis baja tersebut tidak mampu menghindari kerumunan. Di mana protokol pengamanan? Sampai kapan aparat boleh bertindak brutal tanpa pertanggungjawaban?

Pihak kepolisian dalam pernyataan awal menyebut peristiwa itu sebagai “kecelakaan tidak disengaja”, bahkan sempat mengklaim bahwa korban berada di jalur yang salah. Pernyataan ini justru memicu gelombang protes yang lebih luas, karena dinilai tidak manusiawi dan melecehkan akal sehat publik.

Hingga berita ini diterbitkan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan permohonan maaf sedalam dalamnya atas tragedi yang terjadi. Sigit mengaku menyesali peristiwa tersebut. Dia pun memerintahkan Divis Profesi dan Pengamanan Polri untuk melakukan penanganan lebih lanjut, “pungkasnya”

Minimnya empati aparat makin menegaskan ketimpangan: nyawa rakyat kecil, khususnya pekerja sektor informal seperti ojol, seakan tidak bernilai dalam mata hukum.

Keluarga korban kini menanti keadilan, sementara masyarakat mendesak adanya investigasi independen dan pertanggungjawaban tegas dari pihak berwenang. Namun sejarah kerap menunjukkan, keadilan bagi rakyat kecil sering tertunda, bahkan tak kunjung datang.

Satu hal jelas: rakyat melihat, rakyat merekam, dan kali ini, rakyat tidak diam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *