Ikolom.news – Badan Gizi Nasional (BGN) bersama pihak kepolisian tengah melakukan investigasi terhadap operasionalisasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) terkait insiden keamanan pangan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.
Investigasi dilakukan menyusul meningkatnya kasus keracunan massal di sejumlah daerah, salah satunya di Banggai Kepulauan. Total sebanyak 335 siswa dilaporkan mengalami keracunan setelah menyantap makanan dari program MBG.
“Secara paralel, BGN juga sedang melakukan investigasi bersama pihak kepolisian terhadap operasionalisasi SPPG terkait insiden keamanan pangan di Banggai Kepulauan,” ujar Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati, kepada wartawan, Minggu (21/9/2025). Dikutip dari liputan6.com
“Hasil audit dan investigasi akan segera disampaikan secara terbuka kepada publik,” tambahnya.
Khairul memastikan BGN bergerak cepat menangani para pasien yang mengalami keracunan MBG. Koordinasi dilakukan bersama Kementerian Kesehatan, TNI, kepolisian, hingga pemerintah daerah.
“BGN menegaskan bahwa pihaknya fokus pada gerak cepat penanganan pasien, dengan koordinasi intensif bersama Kementerian Kesehatan, Badan Komunikasi Pemerintah, TNI, TNI AU, kepolisian, dan pemda,” jelasnya.
Sebelumnya, Kepala BGN Dadan Hindayana menyesalkan terjadinya kasus keracunan massal penerima MBG di beberapa wilayah Indonesia.
“Memang sampai Desember ini saya setiap hari selalu sport jantung karena akan lahir 1 SPPG baru,” kata Dadan dalam wawancara khusus bersama SCTV dalam program Liputan6 Talks, dikutip Jumat (19/9/2025).
Menurutnya, kasus keracunan massal bukanlah kejadian yang disengaja, melainkan akibat kelalaian dalam penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP), terutama di SPPG baru.
“Ada beberapa hal yang masih terjadi karena kelalaian di dalam penerapan SOP terutama masalah teknis. Beberapa hal terjadi dan seringkali ini dialami SPPG yang baru terbentuk,” ujarnya.
Dadan menjelaskan, biasanya SPPG baru mulai berjalan baik setelah tiga bulan beroperasi. Namun BGN tetap melakukan pengawasan ketat terhadap aspek higienis, mulai dari penyiapan hingga distribusi makanan.
“Pengalaman kami waktu uji coba 1 SPPG baru akan berjalan lebih baik itu ketika sudah berjalan 3 bulan,” jelasnya.
Ia mencontohkan kasus di Banggai Kepulauan, di mana keracunan massal terjadi akibat penggunaan pemasok baru yang tidak memenuhi standar BGN. Dari total 314 siswa SD hingga SMA yang menjadi korban, sebanyak 26 orang masih dirawat di rumah sakit.
“Nah supplier yang baru ini rupanya belum sequalified yang lama sehingga ada bahan baku yang dalam processingnya menimbulkan alergi terhadap beberapa penerima manfaat,” tegas Dadan.
Selain itu, Dadan juga menyoroti temuan belatung dalam makanan MBG di beberapa daerah. Ia menegaskan bahwa BGN selalu melakukan pemeriksaan ketat terhadap proses masak hingga distribusi.
“Kami selalu kroscek karena ketika belatung itu masih hidup ketika masakan dimasak beberapa menit kami cek sebenarnya apa yang terjadi,” pungkasnya.