Aksi Keluarga Mahasiswa Sidenreng: Suara Rakyat Dari Sidrap

Ikolom.Sidrap – Demonstrasi merupakan salah satu sarana sah untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat di muka umum. Hak ini telah dijamin oleh Pasal 28F UUD 1945. Pada 3 September 2025, Keluarga Mahasiswa Sidenreng melaksanakan aksi di depan Kantor DPRD Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap).

Dalam aksi tersebut, organisasi kedaerahan ini membawa 11 tuntutan yang mencakup isu nasional sekaligus isu kedaerahan. Tuntutan itu bukan sekadar bentuk ikut-ikutan (fomo), melainkan hasil kajian serius yang ditujukan untuk kepentingan rakyat Indonesia, terutama masyarakat Sidrap.

Pembakaran ban di tengah jalan menjadi simbol kemarahan sekaligus keresahan masyarakat terhadap berbagai persoalan bangsa. Para pemegang kekuasaan dituntut untuk mendengarkan serta menindaklanjuti aspirasi rakyat. Jika tuntutan itu terus diabaikan, tidak menutup kemungkinan akan muncul gejolak sosial yang lebih besar.

Secara garis besar, isu nasional yang diangkat Keluarga Mahasiswa Sidenreng sejalan dengan 17+8 tuntutan rakyat. Kematian tragis Affan Kurniawan menjadi potret kelam demokrasi di negeri ini. Sementara itu, pernyataan kontroversial sejumlah anggota DPR RI yang menyebut rakyat sebagai “tolol” dan “bodoh” semakin memperburuk citra wakil rakyat yang sejatinya harus menjadi teladan.

Di sisi lain, Sidrap sendiri tengah menghadapi problematika yang tidak kalah serius. Kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Proyek wisata Taman Nona Nonae yang menelan anggaran miliaran rupiah kini terbengkalai tanpa kejelasan fungsi. Bahkan, masih terdapat guru yang ditempatkan di daerah terpencil tanpa fasilitas memadai, padahal mereka adalah sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang seharusnya diberi perhatian lebih.

Jenderal Lapangan, Muh Aslan, menegaskan: “Sebagai keturunan cendekiawan dari sosok Nenek Mallomo, jangan pernah takut kepada mereka yang berseragam. Meskipun massa kita sedikit, tetaplah sampaikan kebenaran. Sebab, hanya orang merdekalah yang mampu berdiri di garda terdepan untuk mewakili suara-suara rakyat.”

Aksi ini menjadi pengingat bahwa suara mahasiswa bukan sekadar retorika belaka, melainkan jeritan rakyat yang menuntut perubahan nyata demi terciptanya keadilan sosial.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *