Apa Itu Tarif Impor Baru dari Kebijakan Trump di AS? 

IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru yang mengejutkan dunia. Dalam pidatonya, ia menyebut langkah ini sebagai bagian dari “Liberation Day,” strategi besar untuk membebaskan ekonomi Amerika dari ketergantungan pada impor.

BACA JUGA:


Akibat Trump Naikkan Tarif Impor, Saham Perusahaan Apple Anjlok


Dalam kebijakan baru ini, semua barang impor dikenai tarif dasar sebesar 10 persen. Namun, negara-negara dengan defisit perdagangan besar terhadap AS mendapat tarif tambahan. Indonesia termasuk dalam daftar negara yang terkena dampak terbesar dengan tarif mencapai 32 persen.

 

Dampak bagi Industri Indonesia

Bagi eksportir Indonesia, kebijakan ini bukan sekadar angka di atas kertas. Industri tekstil, alas kaki, furnitur, karet, hingga perikanan yang selama ini mengandalkan pasar AS sebagai tujuan utama ekspor akan merasakan dampak besar.

Tarif baru ini berpotensi membuat produk Indonesia kehilangan daya saing, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara yang dikenai tarif lebih rendah. Sebagai contoh, Brasil hanya dikenai tarif 10 persen, sementara negara penghasil kakao seperti Pantai Gading dan Ghana mendapat tarif 21 dan 10 persen.

Dampak kebijakan tarif ini juga bervariasi di setiap sektor. Bagi industri alas kaki, yang sekitar 40 persen produknya diekspor ke AS, kebijakan ini bisa menjadi pukulan berat. Harga jual yang lebih tinggi akibat tarif impor dapat membuat produk Indonesia kalah bersaing dengan negara-negara seperti Vietnam dan Meksiko.

Namun, bagi sektor perikanan, terutama ekspor udang, ada peluang tersembunyi. Vietnam, yang selama ini menjadi pesaing utama Indonesia di sektor ini, dikenai tarif lebih tinggi, yaitu 46 persen. Dengan strategi yang tepat, eksportir Indonesia justru bisa merebut pangsa pasar dari negara pesaing yang lebih terdampak.

 

Dampak terhadap Pasar Saham

Reaksi pasar terhadap kebijakan ini diperkirakan akan cukup cepat. Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi mengingatkan potensi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada pada fase bearish (pelemahan) pascapenerapan tarif impor oleh Presiden Trump.

Ia memproyeksikan IHSG berpotensi melemah signifikan sebesar 2-3 persen pada Selasa (8/4), atau hari pertama perdagangan Bursa setelah libur panjang memperingati Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah.

Namun, jika dibandingkan dengan kejutan ekonomi besar lainnya, penurunan ini relatif terkendali. Hal ini disebabkan oleh kesiapan pelaku pasar yang sudah mengantisipasi langkah Trump sejak awal 2025.

Ketika presiden AS memberi sinyal proteksionisme, investor mulai melakukan pergeseran portofolio. Mereka mengurangi eksposur terhadap sektor manufaktur berbasis ekspor dan beralih ke sektor berbasis domestik seperti infrastruktur dan konsumsi.

Akibatnya, tidak ada kepanikan besar di pasar saham. Pelaku pasar yang lebih peka sudah mengurangi risiko jauh sebelum kebijakan ini diumumkan. Kini, dunia tengah menanti langkah lanjutan dari pemerintah Indonesia dalam merespons kebijakan tarif baru ini dan bagaimana strategi ekspor akan disesuaikan untuk menghadapi tantangan baru di pasar global.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *