AS Mundur dari Peran Mediator Damai Rusia-Ukraina

IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Pemerintah Amerika Serikat secara resmi mengumumkan bahwa pihaknya tidak lagi akan bertindak sebagai mediator utama dalam perundingan damai antara Rusia dan Ukraina. Keputusan ini diambil setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, menolak proposal gencatan senjata penuh yang sebelumnya diajukan oleh AS.

BACA JUGA:


Pelepasan Jemaah Haji Sulsel 2025: Tri Sukses Haji, Kuota Capai 7.379 Orang


Melangsir AFP, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menegaskan bahwa meski AS tidak akan lagi aktif dalam negosiasi langsung, dukungan terhadap perdamaian tetap menjadi komitmen Washington.

“Kami tidak akan terus-terusan terbang ke seluruh dunia hanya untuk memediasi pertemuan. Kini saatnya kedua pihak menyusun dan mengajukan proposal konkret untuk mengakhiri konflik ini,” ujarnya dalam keterangan resminya, Jumat (2/5/2025).

Langkah ini diambil hanya beberapa hari setelah AS dan Ukraina menandatangani kesepakatan besar di sektor mineral. Perjanjian tersebut memberi AS hak prioritas untuk investasi dalam eksplorasi dan pengembangan sumber daya strategis Ukraina, seperti aluminium, grafit, minyak, dan gas alam.

Kesepakatan itu juga disebut akan memperkuat dukungan keamanan AS terhadap Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.

Sebelumnya, pemerintahan Presiden Donald Trump telah mengusulkan gencatan senjata selama 30 hari. Meski Ukraina menyambut baik proposal itu, Rusia justru menolaknya dan meningkatkan serangan ke wilayah Ukraina yang menewaskan sejumlah warga sipil. Selain itu, proposal damai tujuh poin buatan AS ditolak oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, karena mencakup pengakuan atas kedaulatan Rusia di Krimea.

Presiden Trump, yang dikabarkan kecewa atas sikap baik Putin maupun Zelensky, menyatakan bahwa AS tidak akan terlibat lebih jauh jika kedua pihak tidak menunjukkan komitmen nyata terhadap perdamaian. Dalam rapat kabinet, Trump bahkan mengecam Putin karena melanjutkan serangan meskipun tengah ada pembicaraan damai.

Sebagai respons terhadap tekanan internasional, Rusia mengumumkan gencatan senjata simbolis selama 96 jam yang dimulai pada 7 Mei, bertepatan dengan peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II di Eropa. Meski demikian, Moskow tetap bersikeras bahwa Ukraina harus menyerah dan melucuti senjata sebagai syarat perdamaian.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebut kesepakatan mineral dengan Ukraina sebagai “bersejarah” dan mencerminkan pergeseran pendekatan Washington: dari mediator damai menjadi mitra strategis ekonomi dan militer Kyiv.

Trump menegaskan bahwa kehadiran AS di wilayah tambang Ukraina akan menjadi “trip wire” – batas tak terlihat yang tidak boleh dilanggar oleh Rusia.

“Keberadaan Amerika di sana akan menghalangi aktor-aktor jahat dan memperkuat stabilitas,” ujarnya. Ia juga berharap Ukraina akan menunjukkan hasil konkret dalam kerja sama ekonomi ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *