E-Commerce AS Terancam, Tarif Impor 145% Trump Picu Krisis Penjual China di Amazon

IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL — Langkah Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor dari China hingga 145% memicu kepanikan di kalangan pelaku e-commerce, khususnya para penjual asal China yang selama ini menjadi tulang punggung platform seperti Amazon.

Akibat kebijakan ini, banyak penjual mulai menaikkan harga secara drastis, bahkan mempertimbangkan untuk hengkang dari pasar Amerika Serikat. Kondisi ini dikhawatirkan akan menciptakan krisis besar bagi raksasa e-commerce seperti Amazon yang sangat bergantung pada produk asal China.

Wang Xin, Kepala Shenzhen Cross-Border E-Commerce Association, yang mewakili lebih dari 3.000 penjual Amazon, menyebut kebijakan tarif baru sebagai pukulan terberat yang pernah dihadapi pelaku e-commerce lintas negara.

BACA JUGA:


Kejati Sulsel Tahan Dirut PT KIP, Terlibat Korupsi Proyek Perpipaan Air Limbah


“Ini bukan sekadar soal pajak. Tetapi juga seluruh struktur biaya produksi dan distribusi yang kini terguncang. Sulit bagi banyak pelaku usaha untuk bertahan di pasar AS,” ujar Wang kepada Reuters, Jumat (11/4/2025).

Ia menambahkan, dampak tarif ini bukan hanya meningkatkan bea masuk, tetapi juga memperpanjang proses bea cukai dan menaikkan ongkos logistik secara signifikan.

 

China Dominasi Penjual Amazon

Melangsir CNBC, China menyumbang sekitar 50% dari total penjual di platform Amazon. Dari wilayah Shenzhen saja, tercatat lebih dari 100.000 bisnis yang menghasilkan pendapatan hingga USD 35,3 miliar per tahun dari pasar AS. Namun, banyak dari mereka kini tengah mengevaluasi strategi bisnis.

Reuters mewawancarai lima penjual besar asal China: tiga di antaranya berencana menaikkan harga hingga 30% di pasar AS, sementara dua lainnya berencana menarik diri sepenuhnya.

Salah satunya, Dave Fong, menyatakan akan membiarkan stoknya habis sambil menghentikan kampanye iklan di Amazon, yang sebelumnya menyerap hingga 40% dari pendapatannya.

 

Amazon dan E-Commerce AS Terancam

Ketergantungan Amazon terhadap penjual China menempatkan perusahaan dalam posisi yang sangat rentan.

Tanpa pasokan dari mitra produksi China, Amazon bisa menghadapi kekurangan produk dan kenaikan harga di tingkat konsumen.

Di sisi lain, penjual asal China pun menghadapi tantangan serius. Tanpa pasar AS yang memiliki daya beli tinggi, mereka berisiko terjebak dalam perang harga di pasar alternatif, seperti Eropa atau Asia Tenggara, yang berdampak pada penurunan profitabilitas secara global.

Platform lain seperti Shein dan Temu yang juga mengandalkan manufaktur China turut terkena dampaknya. Tekanan terhadap rantai pasok global kini semakin nyata.

Menurut Dewan Negara China, nilai perdagangan e-commerce lintas negara tahun lalu mencapai 2,63 triliun yuan (USD 358 miliar). Kini, angka tersebut berada di bawah ancaman jika ketegangan perdagangan terus meningkat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *