IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Komisi Eropa memperkenalkan sebuah draf kebijakan baru yang berisi langkah-langkah kesiapsiagaan krisis bagi negara-negara anggota Uni Eropa (UE), Rabu (26/3/2025).
Salah satu rekomendasi utama dalam draf ini adalah imbauan bagi warga untuk menimbun persediaan makanan, air, dan kebutuhan pokok yang cukup untuk bertahan selama 72 jam.
BACA JUGA:
Tindak Lanjut Yusril Ihza Mahendra Soal Penyitaan Aset RI dengan Menteri Kehakiman Prancis
Melangsir CNBC Indonesia, draf tersebut merupakan bagian dari strategi UE dalam meningkatkan kesiapan menghadapi berbagai ancaman, termasuk bencana alam seperti banjir dan kebakaran, pandemi, serta serangan militer.
Strategi ini mengacu pada rencana kesiapsiagaan yang telah diterapkan di Jerman dan negara-negara Nordik, di mana pemerintah telah membagikan pamflet informasi kepada warga dan mengembangkan aplikasi yang memberikan panduan saat terjadi krisis atau ancaman militer.
“Kami katakan kepada negara-negara anggota: 72 jam swasembada adalah apa yang kami rekomendasikan,” ujar Komisaris Eropa untuk Kesiapsiagaan dan Manajemen Krisis, Hadja Lahbib, kepada wartawan, dikutip dari The Guardian.
Apa Saja yang Perlu Disiapkan Warga?
Saat ditanya tentang barang-barang yang perlu disimpan oleh masyarakat, Lahbib merujuk pada video yang ia unggah di media sosialnya. Dalam video tersebut, ia menunjukkan contoh tas darurat yang berisi berbagai perlengkapan penting, seperti:
– Dokumen identitas dalam wadah kedap air
– Makanan kaleng dan air minum dalam kemasan
– Korek api dan pisau lipat Swiss
– Uang tunai dan kartu remi
– Obat-obatan esensial
– Radio kecil untuk menerima informasi saat darurat
Langkah ini bertujuan untuk memastikan warga memiliki persiapan yang cukup saat menghadapi situasi darurat yang tidak terduga.
Strategi Kesiapsiagaan Eropa
Komisi Eropa menegaskan bahwa strategi ini tidak hanya sebatas anjuran individu, tetapi juga mencakup peningkatan koordinasi antarnegara anggota dalam menghadapi berbagai ancaman. Beberapa risiko yang menjadi fokus utama termasuk cuaca ekstrem akibat krisis iklim, serangan siber, hingga kemungkinan invasi militer.
“Kita harus bersiap menghadapi insiden dan krisis lintas sektoral berskala besar, termasuk kemungkinan agresi bersenjata, yang memengaruhi satu atau lebih negara anggota,” tulis dokumen tersebut.
Untuk meningkatkan kesadaran, Komisi Eropa juga mengusulkan adanya “Hari Kesiapsiagaan Eropa” yang dirancang untuk mengedukasi masyarakat. Selain itu, topik kesiapsiagaan darurat diusulkan untuk dimasukkan dalam kurikulum sekolah.
UE juga tengah menyusun strategi penimbunan bahan baku dan sumber daya penting, termasuk pasokan makanan, air, tempat berlindung, serta generator listrik.
Dampak Kebijakan di Negara-Negara Eropa
Walaupun UE tidak memiliki kewenangan langsung atas layanan sipil dan militer di negara-negara anggotanya, inisiatif ini mencerminkan peran yang semakin besar dari organisasi tersebut dalam respons krisis.
Sejumlah negara Eropa juga telah mengembangkan langkah-langkah serupa, seperti:
Swedia: Menganjurkan warga untuk memiliki persediaan air bersih, makanan berenergi tinggi, selimut, dan radio bertenaga baterai.
Norwegia: Mendorong masyarakat menyimpan obat-obatan, termasuk tablet yodium sebagai antisipasi insiden nuklir.
Jerman: Menganjurkan warganya untuk mengubah ruang bawah tanah atau garasi menjadi bunker perlindungan.
Strategi ini juga muncul sehari setelah Denmark mengumumkan rencana untuk memperkenalkan wajib militer bagi perempuan mulai tahun 2025. Kebijakan ini akan mewajibkan perempuan berusia 18 tahun untuk mengikuti pemungutan suara tahunan guna menentukan apakah mereka perlu menjalani wajib militer, seperti yang telah berlaku bagi laki-laki.
Menepis Kekhawatiran, Komisi Eropa: Ini Bukan untuk Menakut-Nakuti
Meskipun strategi ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran terhadap ketidakstabilan global, Wakil Presiden Komisi Eropa, Roxana Mînzatu, menegaskan bahwa langkah ini bukan untuk menimbulkan kepanikan di masyarakat.
“Yang dimaksud tidak lebih dari sekadar fakta bahwa Anda ingin bersiap dan Anda ingin meminimalkan kerusakan, biaya, serta penderitaan yang mungkin Anda alami,” kata Mînzatu.