Harga Batu Bara Menguat Usai Rusia Umumkan Dukungan untuk Industri Energi

IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Harga batu bara global kembali mencatatkan penguatan signifikan setelah mengalami tekanan selama tiga hari berturut-turut. Kenaikan ini dipicu oleh langkah strategis pemerintah Rusia dalam memberikan dukungan menyeluruh kepada industri batu baranya yang tengah terpuruk akibat sanksi internasional.

Mengutip data dari Refinitiv, harga batu bara pada perdagangan Senin (2/6/2025) tercatat sebesar US$107,5 per ton, naik 4,07% dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya pada 30 Mei 2025 yang sebesar US$103,3 per ton. Kenaikan ini mengakhiri tren koreksi harga yang terjadi sejak 28 Mei.

Langkah penguatan harga ini terjadi seiring dengan keputusan pemerintah Rusia, yang kini kembali dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin, untuk memberikan serangkaian stimulus dan insentif kepada produsen batu bara domestik.

Menurut laporan Kitco.com, kebijakan tersebut mencakup penangguhan pembayaran pajak ekstraksi mineral (MET) dan iuran asuransi hingga 1 Desember 2025, pembatasan pembayaran dividen dan bonus kepada manajemen, serta kemungkinan restrukturisasi utang bagi perusahaan yang bermasalah secara finansial.

BACA JUGA:


Sekda Sulsel Buka Muswil ke-3 ISMI, Soroti Kedaulatan Pangan dan Ekonomi Umat


Langkah ini diambil menyusul laporan dari Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, yang mengungkapkan bahwa kondisi keuangan industri batu bara semakin memburuk. Sebanyak 30 perusahaan, yang mempekerjakan sekitar 15.000 orang dan memproduksi 30 juta ton batu bara per tahun, disebut berada di ambang kebangkrutan.

Menurut Badan Energi Internasional (IEA), ekspor batu bara Rusia turun 6% pada tahun lalu akibat gangguan infrastruktur dan dampak sanksi internasional terkait konflik di Ukraina. Uni Eropa sendiri telah melarang impor batu bara dari Rusia sejak 2022, padahal sebelumnya kawasan tersebut bergantung pada Rusia untuk 45% dari total kebutuhan batu baranya.

Kini, lebih dari 80% ekspor batu bara Rusia dialihkan ke pasar Asia. Namun, biaya transportasi yang tinggi dan menurunnya permintaan global tetap menjadi tantangan utama. Konsultan energi NEFT Research menyatakan bahwa industri batu bara Rusia telah menderita kerugian hingga 1,2 triliun rubel (sekitar US$15 miliar) sejak 2022, terutama akibat hilangnya pasar Eropa dan kesulitan sistem pembayaran lintas negara.

Selain kebijakan fiskal, pemerintah Rusia juga memberikan insentif ekspor berupa diskon tarif pengiriman batu bara dari wilayah Siberia menuju kawasan barat laut dan selatan negara itu, sebagai upaya menjaga daya saing ekspor di tengah tekanan global.

Langkah Rusia ini mengingatkan pada pendekatan serupa yang pernah diambil oleh Presiden AS Donald Trump yang juga mendukung kebangkitan sektor batu bara sebagai bagian dari strategi energi nasional.

Dengan dukungan kebijakan ini, pelaku pasar kini memantau potensi pemulihan industri batu bara global, meskipun tantangan struktural dan geopolitik masih membayangi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *