IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL — Harga minyak dunia mengalami penguatan tipis di tengah ketidakpastian pasar akibat desas-desus kemajuan diplomasi Amerika Serikat (AS) dan Iran, serta bayang-bayang keputusan penting dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+).
Minyak mentah Brent kontrak Juli 2025 ditutup naik 0,65% ke level US$64,51 per barel dalam perdagangan Rabu (28/5/2025), dari posisi sebelumnya US$64,09. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) juga naik ke US$61,31 per barel, dibanding penutupan sebelumnya US$60,89.
BACA JUGA:
Mayoritas Puskesmas di Makassar Belum Miliki SOP Pelayanan Disabilitas, HWDI Gelar Pelatihan Cara Interaksi Ragam Disabilitas dan Review SOP Layanan Kesehatan
Kenaikan harga terjadi meskipun pasar dibayangi dua tekanan utama: potensi tambahan pasokan dari Iran jika kesepakatan nuklir tercapai, serta spekulasi bahwa OPEC+ akan menaikkan produksi mulai Juli mendatang.
Laporan Reuters menyebutkan, meskipun terjadi kemajuan dalam putaran kelima negosiasi AS-Iran di Roma pekan lalu, perbedaan tajam soal isu pengayaan uranium masih menjadi batu sandungan utama, membuat pasar tetap waspada.
Sementara itu, OPEC+ dijadwalkan menggelar dua pertemuan penting pekan ini. Sumber internal menyebut bahwa pertemuan Rabu diperkirakan tidak akan mengubah kebijakan produksi, namun pertemuan lanjutan pada Sabtu diprediksi akan menyetujui kenaikan produksi secara bertahap mulai bulan depan.
Dari sisi suplai non-OPEC, gangguan pasokan turut memberi sentimen positif terhadap harga. Kebakaran hutan di Alberta, Kanada, memaksa sejumlah produsen minyak dan gas menghentikan operasional sementara waktu.
Faktor geopolitik juga turut menopang harga, setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan menunda keputusan soal tarif perdagangan dengan Uni Eropa hingga 9 Juli. Penundaan ini meredakan kekhawatiran terhadap prospek permintaan energi global, dan mendorong penguatan indeks saham Wall Street.
Sejak awal Mei, harga Brent telah terkoreksi dari level US$74,49 (1/5) ke US$64,51 (28/5), namun stabilisasi dalam dua hari terakhir menunjukkan tekanan sentimen belum cukup kuat untuk mendorong tren penurunan lebih lanjut.
Pasar kini menantikan laporan mingguan stok minyak mentah AS, yang diperkirakan naik sekitar 500.000 barel, serta hasil keputusan OPEC+ pada Sabtu mendatang. Selama ketidakpastian global terus berlangsung, harga minyak diperkirakan bergerak dalam pola sideways.