Ikolom.News – Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya dalam upaya mencegah dan memulihkan kerusakan hutan di kawasan tropis dengan menyalurkan dana investasi sebesar Rp 16,7 triliun.
Langkah ini merupakan bagian dari partisipasi Indonesia dalam program Tropical Forest Forever Facility (TFFF).
Utusan Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, menjelaskan bahwa fasilitas tersebut bertujuan untuk melindungi dan merestorasi hutan tropis yang terdegradasi.
“Dana ini dibentuk oleh Brasil, Indonesia, dan sejumlah negara lain termasuk Republik Demokratik Kongo. Tujuannya untuk mencegah serta memulihkan kembali hutan rusak di daerah tropis,” ujarnya setelah menghadiri Belem Climate Summit di Brasil, Kamis (6/11/2025). Dilansir dari laman berita pintasan.co
Menurut Hashim, Indonesia berkomitmen menyumbang USD 1 miliar atau sekitar Rp 16,7 triliun. Jumlah ini setara dengan kontribusi Brasil, sementara Norwegia berkomitmen sebesar USD 3 miliar dalam jangka waktu sepuluh tahun.
Inisiatif tersebut mendapat sambutan positif dari para pemimpin dunia.
“Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, sangat senang dengan langkah Indonesia. Begitu juga Presiden Prancis Emmanuel Macron serta sejumlah kepala negara dan perdana menteri lainnya,” kata Hashim.
Selain Indonesia, beberapa negara turut berpartisipasi dalam pendanaan TFFF. Prancis, misalnya, telah menyalurkan 400 juta euro dan berencana menambah 500 juta euro lagi hingga tahun 2030.
Program TFFF dinilai menjadi langkah penting untuk menjaga keberlanjutan lingkungan global sekaligus memperkuat kerja sama antarnegara tropis dalam mengatasi dampak deforestasi dan perubahan iklim.
Langkah Indonesia dalam berpartisipasi pada Tropical Forest Forever Facility (TFFF) menunjukkan komitmen nyata terhadap diplomasi hijau dan kepemimpinan global dalam isu lingkungan.
Dengan kontribusi sebesar Rp 16,7 triliun, Indonesia tidak hanya memperkuat posisinya sebagai negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia, tetapi juga menegaskan peran strategisnya dalam mitigasi perubahan iklim.
Program ini sejalan dengan target FOLU Net Sink 2030, di mana sektor kehutanan dan lahan diharapkan mampu menyerap lebih banyak emisi karbon daripada yang dilepaskan.
Selain dampak ekologis, investasi ini juga membuka peluang ekonomi hijau—seperti restorasi ekosistem, pengembangan karbon kredit, dan pemberdayaan masyarakat adat di sekitar kawasan hutan.
Dengan keterlibatan negara-negara besar seperti Brasil, Norwegia, dan Prancis, TFFF berpotensi menjadi model kolaborasi global baru dalam pendanaan konservasi yang berkeadilan dan berkelanjutan.
