Indonesia Siap Tawarkan Telur dan Beras ke AS, Strategi untuk Hadapi Kebijakan Trump

IKOLOM.NEWS, NASIONAL— Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), menyatakan bahwa Indonesia tengah menyiapkan strategi diplomasi dengan Amerika Serikat (AS) untuk mengantisipasi potensi pengenaan tarif impor terhadap produk-produk asal Indonesia.

Salah satu strategi yang diusulkan adalah menjadikan telur ayam konsumsi sebagai alat negosiasi yang efektif.

Zulhas menjelaskan bahwa Indonesia saat ini mengalami surplus telur secara nasional, mencapai 288,7 ribu ton atau setara 5 miliar butir per bulan.

Sementara itu, AS tengah menghadapi defisit pasokan telur akibat wabah flu burung (HPAI), yang menyebabkan harga telur melonjak hingga USD 4,11 atau sekitar Rp 68 ribu per lusin.

“Alhamdulillah orang kekurangan telur, kita telurnya lebih. Di mana-mana beras kurang, kita stok beras kita sekarang sudah 2,8 juta ton,” ujar Zulhas dalam keterangannya yang dikutip dari Antara.

BACA JUGA:


Lobi Netanyahu Gagal, Trump Tolak Janji Cabut Tarif Impor 17 Persen untuk Israel


Pemerintah Indonesia, kata Zulhas, berkomitmen untuk menghadapi dinamika perdagangan global, termasuk potensi tarif resiprokal yang saat ini kembali menjadi isu setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan kebijakan baru terkait tarif impor.

Menurut Zulhas, Indonesia juga memiliki peluang ekspor lain melalui komoditas beras. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional hingga April 2025 diperkirakan mencapai 13,9 juta ton, sementara kebutuhan domestik rata-rata hanya 2,6 juta ton per bulan. Ini berarti terdapat surplus beras sekitar 3,5 juta ton.

“Presiden sudah lama mengantisipasi hal-hal seperti ini. Karena itu beliau selalu menekankan pentingnya kedaulatan pangan agar kita tidak tergantung dari negara lain,” tambahnya.

Terkait kebijakan tarif AS, Zulhas mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, untuk segera melakukan pendekatan diplomatik.

“Soal tarif, kita tidak akan masuk ke dalam perang dagang. Kita tidak balas-membalas. Kita bicara, berdiplomasi. Karena kita sama-sama saling membutuhkan,” tegas Zulhas.

AS merupakan pemasok utama kedelai ke Indonesia, dan menurut Zulhas, hubungan dagang antara kedua negara seharusnya dijaga melalui dialog dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *