Iran Tegaskan Pengayaan Uranium Tak Bisa Dinegosiasikan dalam Perundingan Nuklir dengan AS

IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Iran menegaskan bahwa haknya untuk melakukan pengayaan uranium demi kepentingan energi nuklir adalah hal yang tidak bisa dinegosiasikan dalam perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS).

Pernyataan tegas ini disampaikan menjelang dimulainya putaran keempat perundingan yang difasilitasi oleh Oman.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menegaskan bahwa kemampuan pengayaan uranium adalah bagian dari kedaulatan dan pencapaian nasional Iran. Ia menolak keras jika hak tersebut dijadikan bahan tawar-menawar.

“Pengayaan uranium merupakan salah satu prestasi bangsa Iran. Hal tersebut tidak dapat dinegosiasikan,” ujar Araghchi dalam sebuah video sebelum keberangkatannya ke Muscat, Oman, seperti dikutip AFP, Minggu (11/5/2025).

BACA JUGA:


Sekda Sulsel Desak Kabupaten/Kota Percepat Pembentukan Koperasi Merah Putih di Desa/Kelurahan


Araghchi menyatakan bahwa meski Iran bersedia membuka ruang diskusi dalam beberapa aspek kerja sama nuklir sebagai imbalan atas pencabutan sanksi AS, namun menyerahkan stok uranium atau menghentikan program pengayaan adalah ‘garis merah’ yang tidak dapat dinegosiasikan.

Pernyataan itu merespons komentar Steve Witkoff, utusan Presiden AS Donald Trump untuk Timur Tengah, yang menekankan bahwa “tidak ada pengayaan” adalah syarat mutlak dari pihak Washington.

Witkoff meminta Iran membuka seluruh fasilitas nuklir mereka, termasuk di Natanz, Fordow, dan Isfahan.

“Itu garis merah kami. Tidak ada pengayaan. Itu berarti pembongkaran, tidak ada persenjataan,” tegas Witkoff.

Ia juga mengancam bahwa jika Iran tidak bersikap produktif dalam perundingan hari Minggu ini, maka AS akan menghentikan pembicaraan dan mengambil “rute yang berbeda”.

Perundingan ini berlangsung di tengah intensitas diplomasi AS di kawasan Timur Tengah. Meskipun kedua pihak mengklaim telah mencapai kemajuan dalam tiga putaran sebelumnya, proses negosiasi masih menghadapi ketegangan serius.

Putaran keempat perundingan ini awalnya dijadwalkan pada 3 Mei namun tertunda karena alasan logistik.

Iran sendiri menegaskan bahwa program nuklirnya sepenuhnya bertujuan damai. Saat ini, Teheran telah meningkatkan tingkat pengayaan uraniumnya hingga 60 persen—jauh melampaui batas 3,67 persen yang diatur dalam perjanjian nuklir 2015 yang ditinggalkan oleh AS. Tingkat tersebut mendekati level 90 persen yang dibutuhkan untuk bahan baku senjata nuklir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *