IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Pemerintah Iran menegaskan penolakannya untuk menghentikan sementara program pengayaan uranium demi mencapai kesepakatan nuklir dengan Amerika Serikat. Penegasan ini disampaikan di tengah perundingan putaran kelima antara kedua negara, yang berlangsung dengan penuh ketegangan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menyatakan bahwa isu penghentian pengayaan uranium sepenuhnya tidak dapat diterima oleh Teheran.
“Iran tidak akan pernah menerima hal itu,” tegas Baqaei dalam konferensi pers, Senin (26/5/2025) dikutip AFP, menanggapi laporan yang menyebutkan kemungkinan Iran membekukan pengayaan uranium selama tiga tahun.
BACA JUGA:
Ceramah Agama Khusus Lansia Wakil Wali Kota Makassar: Dorong Kesiapan Spiritual dan Sosial
Pengayaan uranium menjadi isu utama dalam perundingan yang dimulai sejak April lalu. Iran mempertahankan haknya untuk memperkaya uranium sebagai bagian dari program nuklir sipil, sementara AS bersikeras agar kegiatan tersebut dihentikan untuk mencegah potensi pembuatan senjata nuklir.
Pertemuan terbaru antara delegasi Iran dan AS di Roma disebut berlangsung “rumit” oleh pihak Teheran, meskipun mantan Presiden Donald Trump menggambarkannya sebagai “sangat, sangat baik.” Trump, yang kini kembali ke Gedung Putih, kembali mengusung strategi “tekanan maksimum” terhadap Iran.
Iran menginginkan kesepakatan baru yang dapat mencabut sanksi Barat dan meringankan tekanan ekonomi, namun tetap ingin mempertahankan program nuklirnya untuk kepentingan sipil. Teheran menilai tuntutan Washington sebagai pelanggaran terhadap hak yang dijamin oleh Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.
Baqaei juga menyebut belum ada tanggal pasti untuk perundingan putaran keenam dan menyatakan bahwa Iran masih menunggu informasi dari mediator Oman. Ia menambahkan, jika AS menunjukkan niat baik, Iran siap melanjutkan dialog, namun menolak negosiasi yang membatasi hak-haknya.