IKOLOM.NEWS, NASIONAL – Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Dedek Prayudi, meminta publik untuk tidak khawatir terhadap iklim investasi di Indonesia meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Ia menegaskan bahwa pemerintah terus bekerja keras untuk menjaga stabilitas investasi di dalam negeri.
“Teman-teman enggak usah khawatir, sekali lagi, iklim investasi tetap terjaga dengan baik. Dan pemerintah bekerja keras siang malam untuk menjaga kondisi ini tetap stabil,” ujar Dedek dalam keterangannya, Rabu (26/3/2025).
BACA JUGA:
Gubernur Sulsel Sebut Tidak Ada Open House di Idulfitri Tahun ini
Dedek juga menanggapi narasi yang menyebut bahwa penurunan IHSG disebabkan oleh ketidakpercayaan investor asing terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
“Katanya asing enggak percaya sama pemerintah Prabowo. Katanya nih, katanya, asing enggak percaya dengan pemerintah Prabowo, sehingga IHSG ditinggalkan, sehingga IHSG turun, merosot, kurang lebih begitu,” sindir Dedek.
Menurutnya, anjloknya IHSG bukan disebabkan oleh faktor domestik semata, melainkan tren global di mana investor di seluruh dunia sedang melepas kepemilikan saham demi berinvestasi pada aset yang lebih aman, seperti emas.
“Ini akibatnya semua bursa turun. Jadi enggak cuma IHSG ya. S&P 500 misalnya, dalam satu bulan turunnya sudah 10 persen, dan harga emas otomatis melejit naik,” jelasnya.
Dedek juga mengungkapkan bahwa pemerintah telah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) yang mendapat respons positif dari publik.
“Dan enggak main-main ya, uang yang terkumpul dari SUN itu tembus Rp 28 triliun. Ini justru menggambarkan kepercayaan pasar terhadap pemerintah, di samping adanya pergeseran modal dari IHSG ke SUN,” tambahnya.
Dengan berbagai indikator ekonomi yang masih positif, Dedek menegaskan bahwa iklim investasi di Indonesia tetap terjaga dengan baik. Ia juga meminta masyarakat untuk tidak panik terhadap kondisi IHSG.
“Defisit tetap terjaga di 2,5 persen dari PDB. Penerimaan pajak bruto mengalami kenaikan 6,6 persen, dan penawaran surat berharga negara yang masuk ke pemerintah mencapai Rp 62 triliun, di mana 23 persen berasal dari luar negeri,” tutup Dedek.