Kemampuan Pertahanan Udara Iran Meningkat Tajam di Tengah Ketegangan Nuklir

IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL— Di tengah ketegangan yang terus membayangi negosiasi program nuklir Iran, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Baqeri, mengumumkan peningkatan signifikan dalam kemampuan pertahanan udara negaranya.

Pernyataan ini disampaikan di saat Amerika Serikat memperkuat kehadiran militernya di kawasan dan prospek pembicaraan diplomatik terkait pengayaan uranium terus menurun.

Berbicara dalam sebuah pertemuan nasional pertahanan udara, Baqeri mengatakan bahwa dalam setahun terakhir, Iran mengalami lonjakan lima kali lipat dalam jumlah radar, sistem pemantauan, dan perangkat deteksi ancaman udara.

“Wilayah udara Iran terus berada dalam pengawasan ketat. Jika musuh melakukan kesalahan atau berniat menyerang Republik Islam ini, pasukan bersenjata kami memiliki kemampuan dan kesiapan penuh untuk menghadapi mereka,” ujarnya seperti dikutip IRNA News Agency, Rabu (21/5/2025).

BACA JUGA:


Gubernur Sulsel Salurkan Dana Bagi Hasil Rp 222 Miliar untuk 24 Kabupaten/Kota


Laporan kantor berita semi-resmi Tasnim News, yang dikutip oleh Newsweek, menyebutkan bahwa kemampuan Iran untuk mencegat dan menghancurkan ancaman udara juga meningkat hingga tiga kali lipat.

Peningkatan ini terjadi di tengah kebuntuan negosiasi antara Teheran dan Washington. Presiden AS Donald Trump bahkan mengisyaratkan kemungkinan tindakan militer jika pembicaraan kembali menemui jalan buntu. AS menuntut Iran menghentikan pengayaan uranium, sementara Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, secara tegas menolak tuntutan tersebut.

“Pernyataan Amerika bahwa ‘kami tidak akan membiarkan Iran memperkaya uranium’ adalah omong kosong total,” tulis Khamenei dalam akun X miliknya.

Sementara itu, militer AS mengerahkan enam jet tempur F-15 ke Pangkalan Udara Diego Garcia di Samudra Hindia, yang berada dalam jangkauan serangan udara ke Iran. Juru bicara Komando Indo-Pasifik AS, Komandan Matthew Comer, menyatakan bahwa langkah ini dilakukan sebagai bagian dari “perlindungan kekuatan”.

Iran juga meluncurkan rudal balistik baru yang diklaim mampu mencapai target AS, menambah ketegangan di tengah tekanan internasional. Meski Iran menyatakan bahwa program nuklirnya murni untuk keperluan sipil dan berada di bawah pengawasan IAEA, AS dan sekutunya tetap menaruh curiga terhadap potensi militer dari aktivitas tersebut.

Dengan diplomasi dan kekuatan militer berjalan beriringan, kawasan kini berada dalam situasi yang sangat rentan. Walaupun negosiasi masih dijadwalkan berlanjut, harapan untuk tercapainya kesepakatan damai semakin menipis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *