Makassar Alami Fenomena Bediding,Pemerintah Imbau Warga Jaga Kesehatan

Makassar Alami Fenomena Bediding,Pemerintah Imbau Warga Jaga Kesehatan Makassar Alami Fenomena Bediding,Pemerintah Imbau Warga Jaga Kesehatan. (foto; ilustrasi)

IKOLOM.NEWS, MAKASSAR – Warga Kota Makassar tengah merasakan fenomena bediding, yakni turunnya suhu udara secara drastis di tengah musim kemarau. Cuaca yang biasanya panas dan terik kini berubah menjadi dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.

Fenomena bediding ini diperkirakan berlangsung hingga awal September, bertepatan dengan puncak musim kemarau di wilayah tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, dr. Nursaidah Sirajuddin, menjelaskan bahwa meski bediding bukan merupakan penyakit, kondisi ini tetap perlu diwaspadai karena bisa berdampak pada kesehatan masyarakat.

“Bediding adalah fenomena alamiah saat suhu udara menurun drastis pada musim kemarau. Kita harus tanggap dan menjaga tubuh tetap hangat agar tidak jatuh sakit,” ujar dr. Nursaidah.

BACA JUGA: Prabowo Emosional Saat Sebut PSI, Kenang Sang Ayah Ketua Partai Sosialis Indonesia

Ia menyarankan agar masyarakat mengenakan pakaian tebal, terutama saat malam hari atau saat tidur. Selain itu, rumah sebaiknya memiliki sirkulasi udara hangat dengan membiarkan sinar matahari masuk pada pagi dan siang hari. Namun, jendela sebaiknya ditutup rapat saat malam hari untuk mencegah angin dingin masuk.

Guna menjaga daya tahan tubuh selama cuaca dingin, masyarakat juga dianjurkan untuk:

  • Melakukan olahraga rutin

  • Mengonsumsi makanan bergizi dan tinggi protein

  • Minum air putih yang cukup

  • Istirahat minimal 7–8 jam setiap malam

  • Mengonsumsi vitamin C sebagai antioksidan (dianjurkan makan terlebih dahulu bagi penderita maag)

“Fenomena bediding ini memang tidak bisa kita hentikan, tapi kita bisa mencegah dampaknya dengan menjaga kesehatan. Tidak ada yang bisa bantu, kecuali kita sendiri,” tutup dr. Ida, sapaan akrabnya.

Fenomena ini menjadi pengingat pentingnya kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim mikro, serta kesiapan menghadapi dampak cuaca ekstrem, bahkan di tengah musim yang biasanya dianggap panas. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *