IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Masjid Al-Bayt Al-Islami di Edmondson Park, Australia, menerima ancaman serangan pada Senin (2/3/2025). Ancaman tersebut disampaikan melalui Instagram dengan pesan yang mengancam akan melakukan serangan mirip dengan tragedi Christchurch 2019, di mana seorang pria Australia membunuh 51 jamaah dalam serangan penembakan massal di dua masjid di Selandia Baru.
BACA JUGA: Mahasiswa Farmasi Unhas Berunjuk Rasa, Dekan: Tuntutan Sudah Diselesaikan Sebelum Aksi
Ancaman ini langsung memicu respons dari Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, yang mengecam keras aksi tersebut.
“Ini menjijikkan dan tidak ada tempat untuk ini di Australia. Pihak berwenang mendapat dukungan penuh saya dalam menyelidiki masalah ini,” kata Albanese, dikutip dari News.com.au, Selasa (4/3/2025).
Ia menegaskan bahwa rasisme dan Islamofobia tidak akan ditoleransi dan para pelaku harus menghadapi hukum yang berlaku.
Peningkatan Keamanan dan Respons Komunitas
Pihak Australian Islamic House telah melaporkan ancaman ini kepada kepolisian, yang kini sedang melakukan penyelidikan. Meski demikian, kegiatan ibadah, termasuk salat tarawih Ramadan, akan tetap berjalan dengan peningkatan pengamanan dari pihak berwenang.
“Kami menanggapi ancaman ini dengan serius. Komunitas kami berhak merasa aman, dan kami mendesak pihak berwenang untuk bertindak cepat,” ujar Mazhar Hadid, Presiden Masjid Al-Bayt Al-Islami.
Sejumlah warga dan pendukung masjid juga menyuarakan kekhawatiran mereka di media sosial terkait meningkatnya Islamofobia di Australia, dengan sebagian menyerukan perlunya penjagaan ketat di rumah ibadah.
Pernyataan Pemimpin New South Wales
Sebagai tanggapan atas insiden ini, Perdana Menteri New South Wales (NSW), Chris Minns, menegaskan bahwa ancaman terhadap komunitas Muslim tidak bisa dibiarkan.
“Ancaman rasis dan Islamofobia tidak akan ditoleransi dan akan ditindak tegas,” katanya.
Sementara itu, Menteri Multikulturalisme NSW, Steve Kamper, menyatakan bahwa tindakan intimidasi seperti ini tidak memiliki tempat dalam masyarakat Australia.
“Yang terpenting, tempat ibadah harus selalu menjadi tempat berlindung yang aman bagi komunitas kita,” ujar Kamper.
Ia juga menekankan bahwa Australia adalah negara yang menjunjung kebersamaan dan solidaritas antarwarga, tanpa memandang suku, agama, atau asal negara.
Wali Kota Liverpool NSW: “Serangan terhadap Satu Agama adalah Serangan terhadap Semua”
Ned Mannoun, Wali Kota Liverpool di New South Wales, juga mengecam ancaman ini dan meminta masyarakat tetap waspada.
“Hanya beberapa hari lalu, komunitas kami merayakan pembukaan Rumah Islam Australia yang pembangunannya memakan waktu 25 tahun. Kini, kegembiraan itu digantikan oleh ketakutan akibat ancaman serangan pembunuhan massal,” tuturnya.
Ia mengingatkan bahwa tragedi Christchurch 2019 masih membekas dalam ingatan banyak orang, dan tidak boleh dibiarkan terulang.
“Serangan terhadap satu agama adalah serangan terhadap semua agama. Kita harus bersatu dan tidak membiarkan kebencian tumbuh,” tegas Mannoun.
Penyelidikan Polisi dan Keamanan Masyarakat
Pihak Kepolisian NSW telah memastikan bahwa pasukan penyerang mereka kini meningkatkan aktivitas untuk mengantisipasi ancaman lebih lanjut.
Namun, seorang juru bicara polisi menyatakan bahwa tidak ada ancaman yang sedang berlangsung terhadap masyarakat, dan penyelidikan awal menunjukkan bahwa sumber ancaman berasal dari luar negara bagian.
“Kepolisian NSW menanggapi kejahatan kebencian dengan serius dan mendorong siapa pun yang menjadi korban atau menyaksikan kejahatan semacam ini untuk segera melaporkan ke Crime Stoppers,” ujar juru bicara tersebut.
Dengan meningkatnya ancaman Islamofobia di Australia, komunitas Muslim berharap pihak berwenang dapat memberikan perlindungan lebih lanjut bagi tempat-tempat ibadah dan memastikan bahwa tindakan kebencian semacam ini tidak berulang.