Ikolom.Wajo – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar membuka Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional 2025 di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Ia menegaskan bahwa MQK bukan hanya ajang perlombaan, melainkan wadah diplomasi budaya pesantren.
“MQK Internasional bukan sekadar ajang perlombaan, melainkan wadah silaturahmi ulama, santri, dan akademisi lintas negara. MQK adalah diplomasi budaya pesantren untuk meneguhkan Islam rahmatan lil-‘alamin di mata dunia,” ujar Nasaruddin dalam keterangannya, Kamis (2/10/2025), dikutip dari detiksulsel.
Ajang ini berlangsung pada 1–7 Oktober 2025 di Pesantren As’adiyah Sengkang, Kelurahan Macanang, Kecamatan Majauleng. Sebanyak 798 santri semifinalis dari seluruh Indonesia ikut serta, termasuk 20 peserta dari tujuh negara ASEAN.
Nasaruddin menyebut MQK Internasional sebagai momentum bersejarah karena untuk pertama kalinya santri Indonesia berkompetisi membaca kitab kuning bersama delegasi internasional. Tahun ini, tema yang diusung adalah merawat lingkungan dan menebar perdamaian.
“Merawat lingkungan, dan menjaga perdamaian adalah tema kita. Kaitannya dengan perubahan iklim dan persoalan perang yang harus segera diakhiri. Kita ingin menunjukkan bahwa Islam Indonesia tumbuh dengan dakwah yang ramah, penuh persaudaraan, dan menghormati budaya,” katanya.
Ia juga menyoroti besarnya dampak perubahan iklim dibandingkan perang. “Jika perang menelan 67 ribu korban jiwa per tahun, maka perubahan iklim telah merenggut hingga empat juta jiwa per tahun. Ini jumlah yang sangat besar dan harus menjadi perhatian kita,” sambung Nasaruddin.
Menurutnya, perilaku manusia yang tidak bijak terhadap alam menjadi penyebab utama krisis iklim. Karena itu, ia berharap ajaran agama tentang menjaga lingkungan bisa dieksplorasi lebih jauh dalam MQK ini.
“Di MQK Internasional ini mari kita eksplorasi ajaran turats tentang pelestarian lingkungan. Kini saatnya Kemenag mensponsori apa yang kami sebut sebagai ekoteologi, yakni kerjasama antara manusia, alam, dan Tuhan,” jelasnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Amien Suyitno menambahkan bahwa ada tiga hal penting dalam pelaksanaan MQK kali ini. Pertama, MQK untuk pertama kalinya digelar di level internasional dengan melibatkan negara-negara ASEAN. Kedua, seluruh mekanisme pelaksanaan sudah berbasis digital, mulai dari seleksi hingga penyediaan teks kitab. Ketiga, MQK tahun ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di kawasan Indonesia Timur, tepatnya di Pesantren As’adiyah Wajo.
“Sejarah mencatat pada masa Khalifah Harun al-Rasyid di Baghdad, lahir ilmuwan besar seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Al-Farabi, hingga Ibnu Rusydi. Kita berharap MQK Internasional dapat melahirkan kembali generasi ilmuwan muslim yang bukan hanya piawai membaca kitab, tetapi juga mampu memberi solusi atas tantangan zaman, menjaga perdamaian, dan melestarikan lingkungan,” ucap Amien.
Pembukaan MQK turut dihadiri Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, Bupati Wajo Andi Rosman, Wakil Gubernur Maluku Utara Sarbin Sehe, pejabat Kemenag, ulama lintas negara, dewan hakim, serta para peserta dari dalam dan luar negeri.
Rangkaian kegiatan MQK juga mencakup pramuka santri, expo kemandirian pesantren di Lapangan Merdeka, Halaqah Internasional di Macanang, serta Gerakan Ekoteologi di pesantren. Malam harinya, acara “Night Inspiration” menghadirkan penampilan Veve Zukfikar, Raim Laode, Arda Naff, dan Budi Doremi. Sedangkan “Fajar Inspiration” diisi tokoh-tokoh nasional seperti Nasaruddin Umar, Prof Kamaruddin Amin, Prof Sayid Agil Husin Al-Munawar, dan KH Abdul Moqsith Ghazali seusai salat Subuh berjamaah di Masjid Ummul Qurra.