Ikolom.News – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai perekonomian Indonesia menunjukkan performa yang lebih kuat pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dibandingkan periode Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, ekonomi di era SBY tumbuh lebih sehat karena digerakkan oleh aktivitas sektor swasta dan investasi domestik yang solid.
Pertumbuhan ekonomi saat itu mendekati 6 persen, dengan dukungan kebijakan moneter yang dinilai kondusif bagi dunia usaha.
“Pada masa SBY, pembangunan infrastruktur memang belum masif, tetapi pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen dan kesejahteraan masyarakat meningkat signifikan. Produk domestik bruto (PDB) per kapita naik tiga kali lipat, sementara penyaluran kredit tumbuh 22 persen. Saat itu, sektor swasta menjadi motor utama ekonomi,” ujar Purbaya. Dilansir dari laamn berita pintasan.co
Sementara di era Jokowi, lanjutnya, fokus pembangunan beralih pada penguatan infrastruktur nasional seperti jalan tol dan tol laut.
Namun, pertumbuhan ekonomi hanya berada di kisaran 5 persen.
“Kebijakan fiskal dan moneter yang relatif ketat membuat perbankan menahan ekspansi kredit. Dampaknya, pertumbuhan sektor swasta tidak sepesat sebelumnya,” jelasnya.
Purbaya kemudian menggambarkan perjalanan ekonomi Indonesia selama dua dekade terakhir sebagai dua fase berbeda: sepuluh tahun pertama digerakkan oleh swasta, dan sepuluh tahun berikutnya oleh pemerintah.
Ia menegaskan, tantangan ke depan adalah bagaimana menggabungkan kekuatan keduanya untuk menciptakan mesin pertumbuhan ekonomi yang lebih tangguh.
“Bayangkan jika dua mesin ini, swasta dan pemerintah bekerja bersama. Dampaknya terhadap perekonomian akan jauh lebih besar,” tegas Purbaya.
Meski pertumbuhan ekonomi di era Jokowi lebih rendah dibanding era SBY, fokus pada pembangunan infrastruktur memberi fondasi jangka panjang bagi peningkatan konektivitas, efisiensi logistik, dan pemerataan ekonomi daerah.
Namun, ketergantungan tinggi pada belanja pemerintah dan utang untuk membiayai proyek infrastruktur juga menekan ruang fiskal.
Ke depan, sinergi antara investasi publik dan swasta menjadi kunci. Pemerintah perlu memperkuat iklim investasi dengan kebijakan fiskal yang lebih adaptif, stabilitas regulasi, dan kemudahan perizinan.
Sementara sektor swasta diharapkan meningkatkan peran dalam inovasi, industri bernilai tambah, dan digitalisasi ekonomi agar pertumbuhan dapat berkelanjutan tanpa hanya bergantung pada stimulus pemerintah.