“Merangkul Keberagaman, Stop Perundungan”: Kelurahan LPDP UNY 11.0 Ajak Siswa SMPN 6 Yogyakarta Bangun Empati dan Lawan Bullying

IKOLOM.NEWS, YOGYAKARTA — Kelurahan LPDP UNY 11.0 sukses menggelar kegiatan edukatif bertajuk “Merangkul Keberagaman, Stop Perundungan” di SMP Negeri 6 Yogyakarta, Kamis (22/5/2025).

Kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta didik dan berlangsung mulai pukul 08.00 WIB, dengan tujuan utama menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya empati dan pencegahan perundungan di lingkungan sekolah.

Dalam kegiatan ini, Nunuk Rizqiani, S.Sos., mahasiswa Magister Bimbingan Konseling, hadir sebagai narasumber utama. Ia memaparkan berbagai bentuk perundungan, dampaknya bagi korban, serta langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan oleh siswa untuk mencegah dan menghadapi situasi bullying. Dengan pendekatan yang komunikatif dan mudah dipahami, materi yang disampaikan berhasil menarik perhatian para peserta.

BACA JUGA:


Webinar “Exploring Research Methods in Scientific Article” Sukses Digelar oleh Kelurahan LPDP UNY 11.0


Ketua pelaksana kegiatan, Yanuar Khaldun, S.Pd., menyampaikan bahwa program ini merupakan bentuk nyata pengabdian mahasiswa untuk membangun lingkungan sekolah yang aman dan inklusif.

“Kami ingin menciptakan ruang aman yang mendorong empati dan keberanian untuk berkata: ‘Tidak untuk perundungan’,” tegasnya.

Kegiatan tidak hanya berisi penyampaian materi, tetapi juga dikemas secara interaktif melalui sesi ice breaking, diskusi kelompok, tanya jawab, hingga pembagian door prize yang menambah semangat dan keakraban suasana.

Kepala SMP Negeri 6 Yogyakarta, Dwi Isnawati, S.Pd., mengapresiasi terselenggaranya acara ini.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat dan aplikatif. Diharapkan mampu membantu peserta didik memahami dan menghindari perilaku perundungan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Antusiasme juga ditunjukkan para siswa. Aena Zainahya, siswi kelas VIII C, merasa senang karena penyampaian materi yang menarik dan mudah dipahami.

“Bu Nunu menjelaskannya asik banget. Saya jadi tahu perundungan itu bukan hal sepele,” ungkapnya.

Sementara itu, Narendra Maweswara Putra, siswa kelas VIII C lainnya, mengaku tersadar akan kesalahan yang sering dianggap sepele.

“Sekarang saya tahu mengejek nama orang tua teman itu salah, dan saya tidak akan melakukannya lagi,” katanya.

Kegiatan ditutup dengan doa bersama, penyerahan sertifikat kepada pemateri, dan sesi foto bersama sebagai penanda berakhirnya acara. Semangat untuk saling menghargai dalam keberagaman menjadi pesan utama yang dibawa pulang oleh para peserta.

Kegiatan ini menjadi pengingat penting bahwa keberagaman adalah kekuatan, dan setiap anak memiliki hak untuk merasa aman, dihargai, dan bebas dari perundungan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *