Perang Dagang AS-Cina Memanas, Prabowo Tegaskan Indonesia Tidak Memihak

IKOLOM.NEWS, NASIONAL – Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina kembali memuncak setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penerapan tarif resiprokal (timbal balik) terhadap produk impor pada Rabu, 2 April 2025.

Kedua negara adidaya itu kini saling balas memberlakukan tarif hingga ratusan persen, tanpa tanda-tanda ingin meredakan konflik.

Di tengah memanasnya perang dagang tersebut, Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia tidak memihak kepada salah satu pihak. Ia menekankan bahwa baik Amerika Serikat maupun Cina adalah sahabat strategis Indonesia.

“Saya harap, kedua negara akhirnya nanti akan mencapai kesepakatan. Indonesia tidak berada di sisi pihak mana pun dan kami semua berteman, kami menghormati semua negara,” ujar Prabowo dalam konferensi pers di Antalya, Turkiye, Sabtu (12/4), sebagaimana disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.

BACA JUGA:


Bupati Bone Kembali Beri Sanksi Tegas, 3 ASN Diberhentikan Sementara karena Kasus Narkoba dan Korupsi


Amerika dan Cina, Sahabat Sekaligus Kreditur

Hubungan Indonesia dengan AS dan Cina telah lama terjalin, tidak hanya dalam aspek diplomasi, tetapi juga dalam bidang ekonomi dan pembiayaan. Kedua negara tercatat sebagai pemberi utang terbesar bagi Pemerintah Indonesia, setelah Singapura.

Berdasarkan data Laporan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) edisi Maret 2025, utang Indonesia ke Amerika Serikat per Januari 2025 mencapai US$ 27,60 miliar atau sekitar Rp 441 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.000). AS menjadi kreditur terbesar kedua setelah Singapura.

Rinciannya, utang pemerintah dan bank sentral ke AS mencapai US$ 26,73 miliar (Rp 427 triliun), menjadikannya posisi tertinggi dalam kategori tersebut. Sementara utang swasta ke AS sebesar US$ 27,17 miliar (Rp 434 triliun), menempatkannya di urutan kedua untuk kategori swasta.

Sementara itu, posisi utang luar negeri Indonesia ke Cina tercatat sebesar US$ 23,25 miliar atau sekitar Rp 372 triliun, menjadikan Cina sebagai kreditur ketiga terbesar Indonesia.

Rinciannya, utang pemerintah dan bank sentral ke Cina hanya sebesar US$ 1,36 miliar (Rp 21,8 triliun), berada di posisi ketujuh dalam daftar kreditur pemerintah. Namun utang swasta ke Cina cukup besar, yakni US$ 21,89 miliar (Rp 350 triliun), menduduki peringkat ketiga dalam kategori swasta.

 

Singapura, Amerika, dan Cina Kuasai Tiga Besar Kreditur Indonesia

Dengan demikian, tiga besar negara pemberi pinjaman luar negeri kepada Indonesia per Januari 2025 adalah Singapura (US$ 55,70 miliar), Amerika Serikat (US$ 27,60 miliar), dan Cina (US$ 23,25 miliar).

Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya hubungan strategis Indonesia dengan ketiga negara tersebut, terutama di tengah dinamika geopolitik global seperti perang dagang.

Pemerintah Indonesia pun terus mengupayakan kebijakan luar negeri yang netral dan bersahabat, agar kepentingan nasional tetap terjaga di tengah tekanan internasional yang meningkat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *