IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) semakin memanas. Presiden ke-47 AS, Donald Trump, pada Kamis (13/3/2025), mengancam akan mengenakan tarif 200% untuk produk anggur, sampanye, dan minuman beralkohol lainnya asal negara-negara Eropa, termasuk Prancis.
BACA JUGA: Ketegangan Mewarnai Pertemuan Zelensky dan Trump di Gedung Putih
Ancaman tersebut merupakan respons keras Trump atas rencana UE memberlakukan pungutan senilai US$ 28,26 miliar terhadap produk-produk asal AS, termasuk wiski, yang akan mulai diterapkan April mendatang.
“Jika tarif ini tidak segera dicabut, AS akan segera mengenakan tarif 200% untuk semua ANGGUR, SAMPANYE & PRODUK ALKOHOL YANG KELUAR DARI PRANCIS DAN NEGARA-NEGARA LAIN YANG DIWAKILI UE,” tulis Trump dalam pernyataannya di platform Truth Social, sebagaimana dikutip pada Jumat (14/3/2025).
Trump menyebut rencana UE tersebut sebagai tindakan “keji”, dan bahkan menuduh UE sebagai “salah satu otoritas pajak dan tarif yang paling bermusuhan dan kasar di dunia”. Menurut Trump, UE dibentuk dengan tujuan untuk mengambil keuntungan dari AS.
Sebelumnya, UE berencana menaikkan tarif hingga 50% untuk wiski asal AS, sebagai balasan atas keputusan AS menaikkan tarif baja dan aluminium sebesar 25% yang mulai berlaku Rabu lalu. Meski langkah UE dianggap sebagai taktik negosiasi, Trump justru membalas lebih keras.
“Saya tidak akan mundur. Saya akan terus menjalankan kebijakan tarif agresif ini,” tegas Trump di hadapan wartawan.
Eropa Siap Balas, Dunia Usaha Gelisah
Menanggapi ancaman Trump, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyatakan bahwa blok tersebut siap bernegosiasi, namun menegaskan bahwa “tarif buruk untuk bisnis.”
Sementara itu, Menteri Perdagangan Luar Negeri Prancis, Laurent Saint-Martin, dengan tegas menyatakan, “Kami tidak akan menyerah pada ancaman,” seraya menambahkan bahwa Prancis siap membalas langkah AS.
Menteri Pertanian Spanyol turut menyuarakan harapan agar negosiasi dapat ditempuh untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
Di sisi lain, kelompok dagang minuman beralkohol Eropa, Spirits Europe, mendesak AS dan UE untuk tidak menggunakan sektor minuman beralkohol sebagai alat tawar-menawar dalam perang tarif ini.
“Tarif 200% akan melumpuhkan sektor kami,” ujar Nicolas Ozanam, Direktur Jenderal Federasi Eksportir Anggur dan Minuman Beralkohol Prancis (FEVS). “Kami muak terus dikorbankan untuk masalah yang tidak ada hubungannya dengan industri kami,” tegasnya.
Pukulan Berat untuk Bisnis Kecil
Para pelaku usaha di AS juga mengkhawatirkan dampak tarif tinggi ini. Francis Schott, pemilik restoran di New Jersey, menyebut tarif 200% akan menaikkan harga anggur Eropa hingga tiga kali lipat dan mengancam kelangsungan bisnisnya.
“Tarif ini akan membuat biaya bisnis melonjak tinggi. Ini menghancurkan. Jika saya kehilangan setengah dari laba minuman beralkohol, bisnis saya tidak akan berjalan lagi,” keluh Schott, dikutip AFP.
Perusahaan anggur dan sampanye Prancis, Taittinger, bahkan memperkirakan harga satu botol yang semula sekitar US$ 60 bisa melambung menjadi lebih dari US$ 180.
Berdasarkan data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), ekspor anggur dan sampanye Eropa ke AS mencapai hampir US$ 5,2 miliar pada tahun 2023.
Perang Tarif yang Meluas
Perang dagang ini bukan hanya menyasar Eropa. Trump sebelumnya juga memberlakukan tarif tinggi terhadap Kanada, Meksiko, dan China dengan alasan berbagai isu, termasuk penyelundupan fentanil dan imigrasi ilegal.
Meski demikian, beberapa tuduhan tersebut dipertanyakan. Misalnya, menurut data AFP, penyelundupan di perbatasan Kanada tidak terjadi, namun tetap dikenai tarif balasan.
China dan Kanada sendiri telah lebih dulu membalas dengan tarif serupa, memperkeruh ketegangan global.
Kini, ketidakpastian atas kebijakan tarif Trump ini mulai mengguncang pasar keuangan, dengan kekhawatiran bahwa perang dagang berkepanjangan bisa memicu resesi global.