Ikolom.News – Dalam rangka memperingati Hari Dokter Nasional ke-75 sekaligus ulang tahun Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bangsa Indonesia diajak untuk mengenang perjalanan panjang dan pengabdian para dokter serta tenaga kesehatan (nakes) di seluruh Tanah Air. Momen ini bukan sekadar perayaan seremonial, tetapi juga kesempatan untuk merenungkan tantangan besar yang masih dihadapi sektor kesehatan, terutama dalam hal pemerataan layanan di berbagai wilayah.
Akses kesehatan di Indonesia masih belum merata, terutama di daerah-daerah pelosok. Kenangan tentang perjuangan para nakes di masa pandemi COVID-19 menjadi pengingat betapa besar pengorbanan mereka. Saat itu, para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain berdiri di garis depan, mempertaruhkan nyawa demi keselamatan masyarakat. Dilansir dari laman berita pintasan.co
Data dari IDI dan berbagai organisasi profesi kesehatan mencatat, ratusan dokter serta ribuan tenaga medis gugur akibat terpapar virus selama masa pandemi. Pengorbanan mereka menjadi bukti nyata dedikasi tanpa pamrih bagi kemanusiaan dan kesehatan bangsa.
Meski demikian, kondisi kesehatan nasional menunjukkan tren perbaikan. Usia harapan hidup meningkat, dan angka kematian ibu serta bayi menurun. Namun, capaian tersebut masih diwarnai ketimpangan serius dalam distribusi tenaga medis dan fasilitas kesehatan. Sebagian besar dokter spesialis dan sarana kesehatan unggulan masih terpusat di kota-kota besar, sementara wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) masih kekurangan.
Selain persoalan distribusi, para tenaga kesehatan di daerah terpencil juga menghadapi risiko tinggi, mulai dari keterbatasan sarana medis hingga ancaman keamanan. Beberapa kasus tragis di Papua dan wilayah konflik menjadi pengingat betapa beratnya perjuangan mereka di lapangan.
Memasuki usia ke-75, Hari Dokter Nasional menjadi momentum untuk memperkuat komitmen bersama dalam membangun sistem kesehatan yang lebih adil dan merata. Para dokter adalah denyut nadi bangsa—yang harus dijaga, dihormati, dan didukung sepenuhnya.
IDI bersama pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat berkolaborasi dalam langkah-langkah nyata, antara lain:
1. Pemerataan tenaga medis, dengan memberikan insentif dan program penugasan bagi dokter yang bersedia mengabdi di daerah 3T.
2. Peningkatan infrastruktur kesehatan, agar setiap puskesmas dan rumah sakit di pelosok memiliki sarana dan alat medis memadai.
3. Perlindungan dan kesejahteraan tenaga kesehatan, baik dari sisi fisik, hukum, maupun ekonomi, khususnya bagi mereka yang bertugas di wilayah berisiko tinggi.
Dengan semangat pengabdian dan dukungan dari seluruh elemen bangsa, para dokter Indonesia diharapkan terus menjadi pilar utama dalam menjaga kesehatan masyarakat dari Sabang hingga Merauke.
Peringatan Hari Dokter Nasional ke-75 juga menjadi momentum untuk memperkuat transformasi sistem kesehatan nasional. Pemerintah bersama organisasi profesi seperti IDI perlu mempercepat pemerataan layanan melalui digitalisasi kesehatan, peningkatan kapasitas SDM medis, serta kerja sama lintas sektor.
Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat dan pencegahan penyakit harus terus digalakkan agar beban pelayanan kesehatan dapat berkurang.
Dukungan terhadap riset medis dan inovasi teknologi juga penting untuk menjawab tantangan zaman serta meningkatkan daya saing tenaga kesehatan Indonesia di tingkat global.
Dengan langkah-langkah tersebut, semangat pengabdian para dokter tidak hanya menjadi kenangan, tetapi terus hidup dalam sistem kesehatan yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan.