Sains, Skeptisisme, dan Perjuangan Menuju Dunia Bebas Asap

Ikolom.News – Di tengah teriknya cuaca Dubai, ruang konferensi Technovation: Smoke-Free by PMI terasa sejuk, modern, dan tertata rapi.

Suasana yang bersih dan nyaman mencerminkan semangat perubahan yang tengah digalakkan oleh Philip Morris International (PMI), perusahaan induk PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) yang kini berfokus pada inovasi produk bebas asap.

Melalui pendekatan berbasis sains dan teknologi, PMI mendorong transformasi industri dengan menawarkan alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa.

Visi perusahaan tersebut adalah menciptakan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan, yang dapat dicapai melalui kolaborasi lintas sektor dan komitmen terhadap inovasi.

Namun, visi itu bukan tanpa hambatan. Vice President Communications and Engagement PMI, Tommaso Di Giovanni, menyebut skeptisisme sebagai tantangan utama dalam perjalanan menuju dunia bebas asap.

“Kami sudah berada di jalurnya, tapi keraguan sering kali memperlambat langkah,” ujarnya dalam sesi wawancara di sela konferensi. Seperti yang dilansir dari laman berita kompas.com

Ia menyoroti bahwa meskipun teknologi telah menghadirkan solusi yang lebih baik, banyak perokok dewasa tetap merokok karena misinformasi dan persepsi yang keliru, termasuk di kalangan tenaga medis.

Survei PMI di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa 80 persen dokter masih percaya nikotin adalah penyebab utama penyakit terkait kebiasaan merokok. Padahal yang paling berbahaya adalah proses pembakaran tembakau.

Di Giovanni menekankan pentingnya menjembatani kesenjangan antara sains dan pemahaman publik. Banyak kebijakan masih berfokus pada rokok, tanpa memberi ruang bagi komunikasi tentang produk bebas asap yang lebih baik daripada rokok.

“Tanpa informasi yang tepat, perokok dewasa tidak punya alasan untuk berubah,” katanya.

Ia menambahkan bahwa edukasi yang konsisten dan bersumber dari pihak kredibel sangat dibutuhkan, dan media memiliki peran strategis dalam hal ini.

Menurut Di Giovanni, inovasi tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan dukungan dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan media untuk mempercepat perubahan.

“Vaksin, mobil, dan telepon semuanya lahir dari sektor swasta. Tapi dampaknya baru terasa ketika ada kebijakan publik yang mendukung,” katanya.

Ia mencontohkan program Smoke-Free New Zealand 2025 sebagai bukti bahwa kolaborasi lintas sektor bisa menurunkan angka perokok secara signifikan.

Negara-negara seperti Swedia, Inggris, Jepang, dan Italia juga menunjukkan hasil positif dengan pendekatan serupa.

Konferensi Technovation: Smoke-Free by PMI di Dubai menyoroti pentingnya peran inovasi dan kolaborasi lintas sektor dalam mewujudkan dunia bebas asap.

PMI menegaskan bahwa produk alternatif berbasis sains, seperti produk tembakau yang dipanaskan, dapat menjadi solusi bagi perokok dewasa yang tidak berhenti merokok.

Namun, tantangan utama bukan hanya teknologi, melainkan kesenjangan informasi dan persepsi yang keliru tentang nikotin dan risiko kesehatan.

Untuk itu, diperlukan pendekatan menyeluruh—menggabungkan edukasi publik, regulasi yang adaptif, dan peran aktif media serta tenaga kesehatan.

PMI juga menekankan bahwa perubahan yang berkelanjutan hanya dapat terjadi jika semua pihak, termasuk pemerintah, membuka ruang dialog dan bersikap terbuka terhadap kemajuan teknologi dalam pengendalian tembakau.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *