IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Gelombang serangan udara Israel yang mengakhiri gencatan senjata di Gaza menandai eskalasi besar dalam konflik Israel-Palestina. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa operasi militer ini akan terus berlanjut hingga tujuan perang tercapai, yakni menghancurkan Hamas dan membebaskan sandera yang masih ditahan kelompok tersebut.
“Hamas sudah merasakan kekuatan tangan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin berjanji kepada Anda—dan kepada mereka—bahwa ini baru permulaan,” ujar Netanyahu dalam pidato televisi, Selasa (18/3/2025), seperti dikutip The Guardian.
Korban Tewas Melonjak, Serangan Udara Berlanjut
Serangan udara Israel pada hari itu menewaskan lebih dari 400 orang dalam satu hari, menjadikannya hari paling berdarah sejak perang dimulai pada 2023. Otoritas kesehatan Palestina melaporkan angka korban tewas telah meningkat menjadi 413 orang, dengan lebih dari 600 orang lainnya luka-luka.
Militer Israel mengklaim serangan ini menargetkan komandan militer Hamas serta pejabat politik kelompok tersebut. Namun, laporan dari lapangan menyebut bahwa serangan juga menghantam kawasan permukiman, rumah sakit, dan tempat pengungsian. Salah satu serangan di Rafah menewaskan 17 anggota satu keluarga, termasuk lima anak dan orang tua mereka.
Kemungkinan Serangan Darat dan Peringatan dari Israel
Militer Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi bagi warga di wilayah utara dan timur Gaza, mengindikasikan kemungkinan serangan darat dalam waktu dekat. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyatakan bahwa perang ini bisa berlangsung selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel lainnya, Israel Katz, memperingatkan bahwa Hamas harus membebaskan sandera jika tidak ingin menghadapi serangan lebih besar. “Gerbang neraka akan terbuka, dan mereka akan menghadapi kekuatan penuh IDF di udara, laut, dan darat,” tegasnya dalam kunjungan ke pangkalan udara.
Kondisi Gaza Memburuk, Ribuan Warga Mengungsi
Di tengah gempuran udara, ribuan warga Gaza mulai mengungsi untuk menghindari serangan lanjutan. Pejabat bantuan di Gaza menggambarkan situasi yang semakin memburuk.
“Tidak ada ketahanan. Orang-orang dalam kondisi sangat lemah, baik secara fisik maupun psikologis,” ujar seorang pekerja bantuan kepada The Guardian.
Di rumah sakit Nasser di Khan Younis, pasien yang terluka memenuhi setiap sudut. Dokter kewalahan menangani korban, sementara keluarga korban menangisi sanak saudara mereka yang tewas. Di rumah sakit al-Shifa di Kota Gaza, pemakaman darurat digelar di halaman rumah sakit akibat banyaknya jenazah yang berdatangan.
Israel Klaim Hamas Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata
Juru bicara militer Israel, Letkol Nadav Shoshani, menyatakan bahwa serangan ini merupakan respons terhadap rencana Hamas untuk menculik atau membunuh warga Israel. Ia juga menuding Hamas telah melanggar kesepakatan gencatan senjata Januari lalu dengan menolak membebaskan lebih banyak sandera.
Di sisi lain, Hamas membantah klaim tersebut dan menegaskan bahwa pembebasan sandera seharusnya terjadi pada fase kedua kesepakatan, tetapi Israel menolak membahasnya lebih lanjut.
Dengan meningkatnya eskalasi dan kemungkinan operasi darat, konflik Israel-Palestina kini memasuki fase baru yang lebih mematikan, dengan dampak yang semakin berat bagi warga sipil di Gaza.