IKOLOM.NEWS, NASIONAL – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap dinamika mengejutkan dalam pertemuan Spring Meeting di Washington, D.C., Amerika Serikat, yang baru saja berlangsung. Dalam forum internasional tersebut, Amerika Serikat – negara dengan ekonomi terbesar di dunia – secara terbuka menyatakan merasa tidak diperlakukan adil oleh sistem global.
“Jadi, di Washington kemarin headline dan topik paling menonjol adalah statement Amerika bahwa mereka merasa dizolimi oleh sistem global,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Rabu (30/4/2025).
BACA JUGA:
Eksekusi Showroom Mobil di Pettarani Makassar Berakhir Ricuh, Sengketa Lahan Telah Berlangsung 29 Tahun
Pernyataan itu menjadi sorotan karena selama ini negara-negara berkembanglah yang paling sering menyuarakan ketimpangan dalam sistem global. Namun kini, AS yang justru menyampaikan ketidakpuasan atas ketidakadilan tersebut.
“Karena ternyata yang terzolimi tidak hanya negara berkembang, tapi negara paling kuat dan paling besar ekonominya di dunia merasa bahwa the global system is unfair,” ujarnya.
Selain soal ketidakadilan, Sri Mulyani menjelaskan bahwa ketidakseimbangan struktural dalam sistem perdagangan internasional menjadi isu utama kedua. Amerika menilai sistem perdagangan global telah menciptakan ketidakseimbangan yang merugikan mereka, sehingga memicu langkah korektif berupa kebijakan tarif resiprokal.
“Ketidakseimbangan itu menjadi headline kedua. Unfair nomor satu, imbalances nomor dua. Oleh karena itu Amerika melakukan corrective action melalui reciprocal tariff. Kalau negara lain membalas, itu disebut retaliasi,” jelasnya.
Menurut Sri Mulyani, satu-satunya negara yang secara terbuka merespons dengan tindakan serupa adalah Tiongkok, sedangkan negara lain memilih jalur diplomasi dan negosiasi.
Pernyataan Amerika Serikat ini, kata Sri Mulyani, mencerminkan perubahan besar dalam tatanan dunia atau global order. Ia menekankan pentingnya kewaspadaan, terutama bagi Indonesia yang merupakan anggota G20 dan negara besar di ASEAN.
“Global order sedang mengalami guncangan sangat besar. Ini penting untuk kita waspadai. Indonesia juga harus bisa repositioning,” tegasnya.
Ia menyebut, era multilateralisme kini mulai bergeser ke arah pendekatan unilateral dan bilateral. Negosiasi kelompok yang sebelumnya menjadi andalan kini dinilai kurang efektif karena belum mencapai kesepakatan luas.
“Kita harus memahami dan mengantisipasi perubahan ini demi melindungi rakyat dan dunia usaha kita,” pungkas Sri Mulyani.