IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL – Starbucks mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.100 karyawan korporat di seluruh dunia sebagai bagian dari upaya efisiensi dan perampingan operasi. CEO Starbucks, Brian Niccol, menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas dan mengurangi kompleksitas dalam organisasi.
BACA JUGA: Usai Didiskualifikasi, Trisal Tahir Disebut Berpeluang jadi Tersangka
Dilansir dari Fortuneidn.com, dalam surat kepada karyawan yang dirilis pada Selasa (25/2), Niccol menegaskan bahwa keputusan PHK akan disampaikan kepada karyawan yang terdampak paling lambat Selasa siang. Selain itu, perusahaan juga akan menghapus ratusan posisi yang kosong dan tidak terisi.
“Tujuan kami adalah untuk beroperasi lebih efisien, meningkatkan akuntabilitas, mengurangi kompleksitas, dan mendorong integrasi yang lebih baik,” tulis Niccol dalam surat tersebut, dikutip dari Associated Press.
Saat ini, Starbucks memiliki sekitar 16.000 karyawan pendukung korporat secara global. Namun, PHK ini tidak akan berdampak pada barista di toko-toko perusahaan, yang merupakan mayoritas dari 361.000 karyawan Starbucks di seluruh dunia. Beberapa posisi, seperti staf pemanggangan dan gudang, juga tidak termasuk dalam kebijakan PHK ini.
Niccol telah mengisyaratkan rencana PHK ini sejak Januari lalu, dengan menyatakan bahwa perusahaan perlu mengurangi kompleksitas dan memastikan bahwa semua pekerjaan diawasi oleh pihak yang mampu membuat keputusan strategis.
“Ukuran dan struktur kami dapat memperlambat kami, dengan terlalu banyak lapisan, manajer tim kecil, dan peran yang difokuskan terutama pada koordinasi pekerjaan,” tambahnya.
Langkah Starbucks ini mengikuti tren serupa yang dilakukan oleh perusahaan besar lainnya. Southwest Airlines pekan lalu mengumumkan pemangkasan 1.750 pekerjaan, atau sekitar 15 persen dari tenaga kerja korporatnya, dalam PHK terbesar dalam sejarahnya yang telah berlangsung selama 53 tahun. Sementara itu, bulan lalu, Bridgestone Americas menutup pabrik di LaVergne, Tennessee, dan memberhentikan 700 pekerjanya.
Sejak diangkat sebagai CEO Starbucks pada musim gugur lalu, Niccol berupaya membalikkan penurunan penjualan dengan berbagai strategi, termasuk meningkatkan waktu layanan selama jam sibuk pagi dan memperbaiki konsep toko sebagai tempat berkumpul komunitas.
Niccol juga memangkas beberapa item dalam menu Starbucks dan menerapkan algoritma pemesanan baru untuk menangani kombinasi pesanan seluler, drive-thru, dan di dalam toko.
Pada tahun fiskal 2024 yang berakhir pada 29 September, penjualan Starbucks di toko yang sudah buka setidaknya satu tahun mengalami penurunan sebesar 2 persen secara global. Di Amerika Serikat, pelanggan mulai merasa keberatan dengan kenaikan harga dan waktu tunggu yang lebih lama. Sementara itu, di Tiongkok, yang merupakan pasar terbesar kedua bagi Starbucks, persaingan dari merek-merek lokal dengan harga lebih murah semakin meningkat.
Namun, dalam laporan kuartal terakhir, Starbucks berhasil melampaui ekspektasi penjualan setelah Niccol melakukan beberapa perubahan yang berdampak langsung pada pelanggan. Salah satunya adalah kebijakan untuk menghentikan biaya tambahan bagi pelanggan yang memilih susu non-susu dalam pesanan mereka.
Pasca pengumuman PHK ini, saham Starbucks mengalami kenaikan hampir 2 persen dalam perdagangan terbaru.***