Ikolom.Semarang – Suhu panas yang menyengat di Kota Semarang, Jawa Tengah, membuat sejumlah driver ojek online (ojol) kehilangan penghasilan.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu udara maksimum di Jawa Tengah mencapai 36 derajat Celsius pada Rabu (9/10/2025).
Suhu ini tergolong ekstrem dibandingkan dengan rata-rata suhu udara pada bulan Oktober di tahun-tahun sebelumnya.
Ady (27), seorang driver ojol di Kota Semarang, mengaku memilih menghindari pesanan pada siang hari meski penghasilannya berkurang drastis.
“Saya sekarang mentok dapat Rp 80.000 sehari,” kata Ady kepada Kompas.com, Rabu (15/10/2025).
Ia sempat memaksa mencari orderan di tengah teriknya matahari, tetapi malah mengalami sakit kepala hingga hampir pingsan.
“Efeknya langsung ke kepala,” ujarnya.
Padahal, siang hari biasanya menjadi momen ramai pesanan, terutama saat jam makan siang.
“Biasanya mulai pukul 11.00 WIB itu mulai banyak yang masuk,” ungkapnya. Dilansir dari laman berita kompas.com
Kini, Ady memilih mencari orderan mulai sore hingga malam hari demi menjaga kondisi tubuh.
“Yang awalnya narik aman-aman saja sekarang jadi kurang fit,” lanjutnya.
Hal senada diungkapkan Rudi, driver ojol lain di Semarang. Ia mengaku sudah merasakan suhu panas ekstrem sejak tiga hari terakhir.
“Saya tak memaksakan diri, kalau tak kuat ya tidak cari orderan saat siang. Maksimalkan pagi saat berangkat sekolah,” ucapnya.
Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Ferry Oktarisa, menjelaskan bahwa suhu tinggi tersebut dipengaruhi oleh posisi gerak semu matahari yang saat ini berada tepat di atas Pulau Jawa.
“Gerak semu matahari sekarang berada di atas Pulau Jawa, sehingga menyebabkan suhu matahari cukup tinggi di wilayah ini,” jelas Ferry.
Berdasarkan data historis sejak 2015, Ferry menyebut bulan Oktober memang kerap mencatat suhu maksimum tertinggi. Bahkan, suhu ekstrem tertinggi yang pernah tercatat di Jawa Tengah mencapai 39,5 derajat Celsius pada tahun 2002 dan 2015.
Untuk Oktober 2025, BMKG memprediksi suhu maksimum hanya akan bertahan di angka 36 derajat Celsius dan berlangsung selama satu minggu ke depan.
“Kemungkinan suhu tinggi ini hanya akan bertahan sampai semingguan lagi. Setelah itu, menjelang dasarian ketiga Oktober, beberapa wilayah Jawa Tengah mulai memasuki musim hujan,” imbuh Ferry.
Ferry menambahkan, pada dasarian ketiga atau pekan terakhir Oktober, wilayah Jawa Tengah akan mulai mengalami peningkatan curah hujan.
Hal ini disebabkan oleh aktifnya fenomena gelombang Rossby dan pengaruh Madden-Julian Oscillation (MJO) yang mendorong pembentukan awan hujan di wilayah Jawa.
Fenomena suhu panas ekstrem yang melanda Semarang mencerminkan dampak nyata perubahan pola cuaca akibat dinamika atmosfer regional.
Kondisi ini tidak hanya menurunkan kenyamanan masyarakat, tetapi juga berdampak langsung terhadap sektor ekonomi informal seperti ojek online, yang bergantung pada aktivitas luar ruangan.
Selain faktor gerak semu matahari, peningkatan suhu juga dipengaruhi oleh minimnya tutupan awan dan rendahnya kelembapan udara.
Urbanisasi yang masif di Kota Semarang turut memperparah efek panas melalui fenomena urban heat island, di mana permukaan beton dan aspal menyerap panas lebih banyak.
BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan memperbanyak asupan cairan, menghindari aktivitas fisik berat pada siang hari, dan menggunakan pelindung diri seperti jaket tipis serta helm tertutup.
Pemerintah daerah juga diharapkan meningkatkan ruang terbuka hijau untuk meredam efek panas ekstrem yang diprediksi makin sering terjadi akibat perubahan iklim global.