Tradisi Imlek Resmi Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO

Tradisi Imlek Resmi Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO

IKOLOM.NEWS, NASIONAL – Pada 4 Desember 2024, Chunjie atau Festival Musim Semi secara resmi masuk dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO. Pengakuan ini menjadi tonggak penting dalam upaya melestarikan tradisi Tiongkok yang telah berlangsung ribuan tahun.

Namun, penetapan tersebut memicu diskusi mengenai terjemahan yang paling sesuai untuk Chunjie.

Tradisi Imlek: Makna dan Ritual

Festival Musim Semi atau Imlek merupakan perayaan tahun baru kalender Tiongkok yang jatuh pada hari pertama bulan pertama kalender lunar. Selain menyambut tahun baru, perayaan ini memiliki makna mendalam, seperti berdoa untuk keberuntungan, mempererat ikatan keluarga, serta menjaga harmoni sosial.

Dalam bahasa Tiongkok, perayaan ini disebut guonian, yang berarti melewati tahun.

Ritual Imlek dimulai dengan persiapan sebelum hari raya, seperti membersihkan rumah untuk mengusir nasib buruk, menyimpan bahan makanan, dan menyiapkan hidangan khas. Pada malam Tahun Baru, keluarga berkumpul untuk makan malam bersama dan tetap terjaga hingga larut malam menyambut tahun baru.

Selama festival, masyarakat mengenakan pakaian baru, memberikan persembahan kepada leluhur, serta saling menyampaikan ucapan selamat kepada keluarga dan tetangga.

Perdebatan Terjemahan Chunjie

UNESCO menerjemahkan Chunjie sebagai spring festival dengan huruf kecil. Namun, menurut kaidah bahasa Inggris, nama festival seharusnya ditulis dengan huruf kapital, yaitu Spring Festival.

Selain itu, istilah lain seperti Chinese New Year (Tahun Baru Tionghoa) dan Lunar New Year (Tahun Baru Penanggalan Bulan) juga digunakan untuk merujuk pada Chunjie.

Dalam kamus Tiongkok-Inggris, Spring Festival adalah istilah yang paling umum digunakan, diikuti Chinese New Year. Sementara Lunar New Year dianggap kurang tepat karena kalender Tiongkok sebenarnya berbasis lunisolar, bukan hanya lunar.

Beberapa pihak juga melihat penggunaan istilah Lunar New Year sebagai upaya untuk mengurangi identitas budaya Tiongkok dalam perayaan tersebut.

Data dari NOW Corpus menunjukkan bahwa di negara berbahasa Inggris, Chinese New Year lebih sering digunakan dibanding istilah lainnya, disusul oleh Lunar New Year. Istilah Spring Festival sendiri relatif jarang dipakai.

Di Indonesia, Chunjie diterjemahkan secara sederhana sebagai Tahun Baru Imlek.

Refleksi Pengakuan UNESCO

Pengakuan UNESCO atas Chunjie sebagai warisan budaya takbenda menjadi momen refleksi penting untuk menjaga keaslian tradisi.

Transliterasi nama Chunjie ke bahasa Inggris dapat menjadi sarana menegaskan identitas budaya Tiongkok, seperti bagaimana transliterasi nama festival Jepang Tanabata dan Obon telah diterima luas di dunia internasional.

Dalam tulisannya pada situs China Daily, Tseng Taiyuan, Dekan Sekolah Bahasa Asing di Sanda University Shanghai, mengusulkan Chunjie sebagai istilah utama.

Sedangkan Festival Musim Semi dapat digunakan sebagai terjemahan literal untuk memperkenalkan tradisi ini ke audiens global.

Istilah Chinese New Year atau Tahun Baru Tionghoa pun tetap relevan dalam konteks internasional untuk memudahkan pemahaman.

Tradisi yang Melampaui Waktu

Festival Musim Semi tidak hanya merayakan pergantian tahun. Festival itu juga menjadi simbol identitas, keberlanjutan, dan persatuan budaya Tiongkok. Dengan masuknya Chunjie ke dalam daftar UNESCO, dunia diingatkan akan pentingnya melestarikan tradisi tersebut. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *