IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL– Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan keras mengenai memburuknya krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, menyusul blokade total Israel yang telah memasuki bulan ketiga.
Ribuan anak-anak Palestina kini menghadapi risiko kelaparan, penyakit, hingga kematian akibat terhambatnya akses bantuan kemanusiaan.
Dalam pernyataan resminya pada Jumat (2/5/2025), Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF) menyebut lebih dari 9.000 anak telah dirawat karena kekurangan gizi akut sejak awal tahun. Situasi ini semakin memburuk sejak Israel menghentikan semua akses bantuan ke Gaza sejak awal Maret.
“Selama dua bulan, anak-anak di Jalur Gaza menghadapi pemboman tanpa henti, tanpa akses ke makanan, layanan kesehatan, dan pasokan yang menyelamatkan nyawa,” ujar Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell. “Dengan setiap hari yang berlalu tanpa bantuan, risiko kelaparan dan kematian terus meningkat – tidak ada justifikasi untuk ini.”
BACA JUGA:
TikTok Didenda Rp9,8 Triliun oleh Uni Eropa karena Pelanggaran Privasi
Program Pangan Dunia (WFP) PBB juga mengingatkan bahwa stok makanan mereka hampir habis. Banyak dapur umum yang menjadi tumpuan ribuan warga terpaksa menghentikan operasionalnya.
“Kami tidak peduli makanannya segar atau bergizi, kami hanya ingin mengisi perut anak-anak kami,” ujar seorang pengungsi kepada Amnesty International.
Laporan Al Jazeera yang dikutip Sabtu (3/5/2025) menyebut Hamas menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai “senjata perang.” Pejabat Hamas Abdel Rahman Shadid mengatakan Gaza telah memasuki fase “kelaparan total” dan “malnutrisi akut.”
“Anak-anak sekarat bukan hanya karena bom, tapi karena kekurangan susu,” kata Shadid dalam pernyataan yang dirilis melalui Telegram.
Ia menuding Israel menolak upaya gencatan senjata dan menegaskan bahwa medan perang kini berubah menjadi “zona gesekan” yang menghambat manuver militer Israel.
Shadid juga menyatakan bahwa serangan Israel tak hanya terjadi di Gaza, tetapi juga di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, termasuk penghancuran rumah dan pemindahan paksa warga Palestina. Di tengah kondisi itu, ia mengklaim perlawanan rakyat Palestina kian kuat dan terus mengganggu strategi militer Israel.
Lebih lanjut, Hamas kembali menyatakan kesediaannya untuk bernegosiasi dalam kesepakatan pertukaran tahanan, dengan syarat disepakatinya gencatan senjata penuh dan penarikan pasukan Israel dari wilayah pendudukan.
Krisis kemanusiaan di Gaza telah menuai kecaman global dan menjadi sorotan di forum-forum internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB. Namun hingga kini, belum ada kesepakatan gencatan senjata yang tercapai antara pihak-pihak yang bertikai.