IKOLOM.NEWS, INTERNASIONAL– Jerman secara resmi telah mengerahkan pasukan permanennya ke Lithuania, negara anggota NATO yang berbatasan langsung dengan Rusia dan Belarusia.
Sebanyak 4.800 tentara dan 200 staf sipil kini ditempatkan di wilayah tersebut sebagai bagian dari brigade lapis baja baru yang dibentuk untuk memperkuat pertahanan timur Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Langkah ini menandai kali pertama Jerman menempatkan pasukan secara permanen di luar wilayahnya sejak Perang Dunia II berakhir pada 1945.
BACA JUGA:
Seorang Pelajar di Gowa Diamankan Densus 88 Terkait Dugaan Terorisme
Melangsir CNN, Kanselir Jerman Friedrich Merz meresmikan pembentukan brigade tempur tersebut dalam kunjungannya ke Lithuania pada 22 Mei 2025. Ia didampingi oleh Menteri Pertahanan Boris Pistorius. Dalam upacara militer yang digelar, Merz menegaskan bahwa kehadiran pasukan Jerman di Lithuania adalah bentuk komitmen terhadap pertahanan kolektif NATO.
“Keamanan sekutu Baltik juga merupakan keamanan kita,” ujar Merz, dikutip dari CNN, Minggu (25/5/2025).
Ia juga menyerukan kepada negara-negara sekutu Eropa untuk meningkatkan investasi dalam pertahanan menghadapi ancaman Rusia yang kian nyata, terutama setelah invasi ke Ukraina.
Presiden Lithuania, Gitanas Nausėda, menyambut positif kedatangan brigade tersebut. Ia menyebutnya sebagai “hari bersejarah”, karena ini adalah pertama kalinya sejak 1940-an Jerman menempatkan brigade militernya secara permanen di luar negeri.
Brigade Lapis Baja ke-45 Jerman ini merupakan unit tempur berat terbaru yang diperkirakan akan mencapai kapasitas penuh pada tahun 2027. Proses penempatan pasukan di Lithuania dimulai sejak 2017 dan terus berkembang.
Pada musim gugur tahun lalu, jumlah personel meningkat menjadi 250 dalam bentuk “staf aktivasi”, sebelum kini diperluas menjadi kekuatan penuh sekitar 5.000 orang.
Penempatan ini sekaligus menunjukkan strategi baru Jerman dalam menghadapi dinamika geopolitik regional, terutama mengingat lokasi Lithuania yang berbatasan langsung dengan wilayah Kaliningrad milik Rusia dan sekutu utamanya, Belarusia.